Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan memastikan PT Djakarta Lloyd (Persero) mulai bangkit dari keterpurukannya setelah berhasil merestrukturisasi utang sebesar Rp1,3 triliun kepada kreditur.
"Djakarta Lloyd sudah 15 tahun terpuruk. Sudah saatnya bangkit dan beroperasi kembali," kata Dahlan usai Rapat Pimpinan Kementerian BUMN di Gedung PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) di Jakarta, Kamis.
Menurut Dahlan, perusahaan jasa pelayaran ini baru saja mendapat persetujuan perpanjangan masa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
"Utang Djakarta Lloyd akan dibayar selama 18 tahun, dengan masa grace period (waktu toleransi atau jarak antara tanggal penagihan dengan tanggal jatuh tempo tagihan) selama 5 tahun," ujar Dahlan.
Utang belum lunas kepada sekitar 100 pihak tersebut disepakati akan dikonversi menjadi saham (debt to equty swap), namun tanpa hak suara.
Selanjutnya untuk membayai operasional, perseroan akan menerbitkan surat utang jangka pendek (Medium Term Notes/MTN), selain menjual aset gedung di kawasan strategis di Jakarta Kota.
Sebelumnya, perusahaan yang berdiri pada 18 Agustus 1950 yang berkali-kali masuk pengadilan ini terancam pailit karena tidak sanggup membayar kewajibannya.
"Perusahaan bisa dibilang mati, karena punya kapal tapi tidak bisa beroperasi. Gaji karyawan juga tertunggak bertahun-tahun," ujar Dahlan.
Sinergi BUMN
Menurut Dahlan, perusahaan kargo satu-satunya milik pemerintah ini harus bekerja keras agar bisa beroperasi secara normal, salah satunya dengan memperbanyak sinergi dengan BUMN lain untuk mengangkut komoditas seperti batubara, BBM, gas, timah, semen, pupuk hingga produk sembako.
Djakarta Lloyd sudah menandatangani kontrak dengan sejumlah BUMN, seperti PT PLN untuk mengangkut satu juta metrik ton batu bara ke delapan rute di Sumatera, sedangkan kontrak dengan PT Aneka Tambang Tbk adalah mengangkut hasil tambang nikel dan ore.
"Pokoknya, ke depan bagaimana Djakarta Lloyd bisa menjadi armada angkut barang-barang produksi dan kebutuhan BUMN," tegas Dahlan.
Dengan penjadwalan utang dan raihan kontrak dengan sejumlah BUMN, direksi memastikan keuangan Djakarta Lloyd segera positif akhir tahun 2014.
"Saat ini kebutuhan dana selain untuk memperbaiki kapal, juga untuk membayar gaji karyawan yang tertunggak," kata Dahlan.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014