Dalam menghadapi tantangan ini, kami percaya bahwa rumah ibadah memiliki peran penting sebagai pusat spiritual dan sosial yang dapat menggerakkan perubahan nyata di masyarakat
Jakarta (ANTARA) -
Sebanyak 200 pemuka agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu dilatih untuk memahami panduan serta ceramah keagamaan yang mendukung konservasi hutan yang diinisiasi Interfaith Rainforest Initiative (IRI).
 
Fasilitator Nasional IRI Indonesia Hayu Prabowo berharap para pemuka agama tersebut dapat menjadi fasilitator dalam menekan krisis iklim di setiap aktivitas keagamaannya.

Baca juga: Kisah perempuan pelestari hutan adat di Gunungkidul
 
"Para fasilitator akan menjadi jembatan antara ajaran agama dan aksi nyata, membantu rumah ibadah menjalankan perannya sebagai pusat edukasi, pembinaan moral, serta penggerak aksi konservasi lingkungan dan pengendalian perubahan iklim," ujar Hayu dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
 
Pelatihan ini dilaksanakan luring dan daring. Mereka dibekali enam set buku panduan dan khutbah tentang perlindungan hutan tropis yang diluncurkan IRI Indonesia.
 
Ia mengatakan, hutan tropis Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu kekayaan hayati terbesar di dunia, kini menghadapi ancaman serius berupa deforestasi dan degradasi. Krisis ini tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga memperburuk dampak perubahan iklim.
 
Melihat urgensi situasi ini, kata Hayu, IRI Indonesia menginisiasi pelatihan bagi fasilitator dari berbagai agama untuk mendorong aksi nyata berbasis rumah ibadah dalam perlindungan hutan.

"Dalam menghadapi tantangan ini, kami percaya bahwa rumah ibadah memiliki peran penting sebagai pusat spiritual dan sosial yang dapat menggerakkan perubahan nyata di masyarakat," kata Hayu.
 
Menurutnya, ajaran moral dan spiritual yang dianut oleh berbagai agama memberikan landasan yang kuat untuk menyatukan umat dalam upaya pelestarian lingkungan, khususnya hutan tropis.

Baca juga: Gubernur Bengkulu: Keberadaan harimau indikator hutan sehat
 
Pelatihan Fasilitator Peningkatan Peran Rumah Ibadah dalam Perlindungan Hutan Tropis ini merupakan langkah konkret untuk memberdayakan pemuka agama agar mampu mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan aksi lingkungan.
 
"Para peserta diharapkan dapat berdiskusi dan menghasilkan rekomendasi tindakan nyata yang dapat diterapkan oleh komunitas rumah ibadah di wilayah mereka," kata Hayu.
 
Kegiatan ini juga merupakan langkah awal dalam membangun kesadaran kolektif yang kuat untuk konservasi lingkungan berbasis nilai-nilai spiritual.
 
Tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, para peserta juga dibekali dengan enam set buku panduan dan khutbah tentang perlindungan hutan tropis. Buku tersebut disusun khusus oleh IRI Indonesia untuk enam agama besar di Indonesia, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
 
Hayu menegaskan pentingnya panduan ini sebagai alat bantu bagi para pemuka agama dalam menyampaikan pesan konservasi lingkungan kepada komunitas mereka.
 
"Buku panduan dan khutbah ini adalah salah satu hasil nyata dari kerja sama lintas agama dalam upaya menjaga kelestarian hutan tropis. Kami menyusun materi ini dengan hati-hati untuk memastikan bahwa nilai-nilai agama dapat selaras dengan aksi pelestarian lingkungan," ujarnya.

Baca juga: PHR upayakan petani-gajah hidup rukun di Desa Pinggir Bengkalis Riau
 
 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024