Modal lanjutkan perjuangan

Sejalan dengan seruan reformasi, Indonesia terus berupaya berkontribusi lebih besar lagi. Tahun ini, Indonesia memulai posisi sebagai anggota Dewan HAM PBB 2024--2026, sejak pemilihannya digelar pada 2023.

Perolehan pemungutan suara sebanyak 186 dari 192 suara, yang terbanyak di antara negara-negara terpilih lainnya, membuktikan pamor Indonesia di mata dunia tak main-main. Terlebih, ini adalah kali ke enam setelah periode 2006--2007, 2007--2010, 2011--2014, 2015--2017, dan 2020--2022.

Tak ingin isu HAM menjadi komoditas politik, ada tiga prioritas yang diangkat. Pertama, peningkatan kapasitas negara-negara dalam pemajuan dan pelindungan HAM, dialog intensif antara negara dengan kelompok kawasan, serta implementasi nilai-nilai Universal Declaration of Human Rights.

Kontribusi besar lainnya dari Indonesia adalah sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB untuk periode 2019--2020, dengan perolehan 144 suara setuju dari total 190 suara. Peranan Indonesia kian signifikan karena menjabat keketuaan dalam forum penting itu.

Tercatat empat resolusi dihasilkan dari keketuaan Indonesia pada DK PBB, yaitu terkait perpanjangan mandat pasukan perdamaian di Lebanon (UNIFIL), perpanjangan mandat pasukan perdamaian di Somalia (UNSOM), perpanjangan rezim sanksi di Mali, dan mandat personel perempuan dalam pasukan penjaga perdamaian.

Inilah bukti lain dari kemanjuran diplomasi Indonesia sejak waktu lama, juga peran negara ini yang selalu vokal menjaga demokrasi, toleransi, dan perdamaian dunia.

Dengan modal tersebut, pada tahun ini Indonesia kembali mengumumkan pencalonan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk masa 2029--2030.

“Selama 10 tahun ini yang saya rasakan adalah dengan apa yang kita lakukan, dunia memberikan trust (kepercayaan) kepada Indonesia. Dan trust itu harganya mahal sekali!” kata Menlu Retno dalam wawancara khusus dengan ANTARA pada September lalu.

Kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia itu diperoleh tidak dalam semalam, tidak juga secara tiba-tiba jatuh dari langit. Retno meyakini rekam jejak Indonesia di dunia diplomasi begitu baik di mata dunia.

Dari kepercayaan itu timbul keyakinan negara-negara di dunia untuk menjadikan Indonesia sebagai “pembangun jembatan”, menyalurkan aspirasi pihak yang satu kepada pihak lainnya.

Jembatan yang kokoh itu ditawarkan Indonesia untuk berbagai masalah global. Sejak dulu, suara Indonesia tak pernah sepi dalam isu kemerdekaan Palestina, hak perempuan Afganistan, pengungsi Rohingya, dan banyak lagi yang lain.

Tugas-tugas di depan mungkin tak akan lebih mudah dibanding sebelumnya, namun tentu saja Indonesia dengan pemerintahan baru sudah memiliki aset besar untuk terus memperbesar perannya di kancah dunia.


Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024