Jakarta (ANTARA) - Bahrain adalah sebuah negara kecil di Timur Tengah yang memiliki sejarah panjang dan peran strategis di kawasan Teluk Persia. Mempunyai nama resmi Kerajaan Bahrain (Kingdom of Bahrain), negara ini dikenal karena kekayaannya dalam budaya, sejarah, dan sumber daya alamnya, terutama minyak mentah dan gas alam.
Meskipun kecil secara geografis, Bahrain memiliki pengaruh signifikan di kawasan tersebut, berkat posisinya yang strategis dan ekonominya yang berkembang pesat.
Geografi dan letak strategis
Bahrain adalah negara terkecil ke tiga di Asia setelah Maladewa dan Singapura. Negara ini terdiri dari sekitar 30 pulau kecil, dengan pulau Bahrain sebagai pulau utama. Terletak di Teluk Persia, negara ini berbatasan dengan Qatar di tenggara dan dekat dengan pesisir timur Arab Saudi yang dihubungkan dengan Jembatan King Fahd sepanjang 23 Km.
Ibukota Bahrain adalah Manama atau Al-Manama, yang merupakan pusat ekonomi dan budaya negara ini. Lagu kebangsaan negara ini berjudul Nasyid al-Baḥrayn al-Waṭanī.
Baca juga: Tanggapan PSSI soal permintaan Bahrain untuk main di luar Indonesia
Bahrain memiliki iklim gurun dengan suhu panas di musim panas yang bisa menyentuh angka 40 derajat Celsius. Curah hujan di negara ini relatif rendah dan sebagian besar air yang digunakan berasal dari desalinasi air laut.
Sejarah dan warisan budaya
Bahrain memiliki sejarah yang sangat panjang dengan bukti peradaban kuno yang berasal dari sekitar 3000 SM. Pulau ini dikenal sebagai pusat dari situs peradaban Dilmun kuno yang berpengaruh di wilayah Timur Tengah termasuk peradaban Assyria, Babilonia, Yunani, Persia hingga akhirnya beradaban bangsa Arab.
Bahrain menjadi pusat perdagangan dunia di antara Mesopotamia (sekarang Irak) dan Lembah Indus (sekarang sebuah wilayah di India). Dahulu, Bahrain mempunyai kaitan erat dengan Peradaban Sumeria pada abad ke-3 SM. Bahrain menjadi bagian dari Babilon lebih kurang pada tahun 600 SM. Catatan-catatan sejarah menunjukkan Bahrain dikenal melalui berbagai julukan yang di antaranya "Mutiara Teluk Persia".
Dalam Bahasa Arab, Bahrain memiliki arti "Dua Laut" yang merujuk pada keadaan negara ini yang mempunyai dua sumber air berbeda, yaitu air asin dan air tawar yang bersumber dari dalam tanah.
Baca juga: Cek fakta, video Raja Bahrain mengaku malu negaranya "curang" saat lawan Timnas Indonesia
Selama berabad-abad, Bahrain telah berada di bawah kekuasaan berbagai kerajaan dan kekaisaran, termasuk Kekaisaran Persia, Portugis, Bani Utbah dan akhirnya Kesultanan Utsmaniyah.
Pada abad ke-19, Bahrain berada di bawah protektorat Inggris dan memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1971. Sejak saat itu, Bahrain berkembang menjadi monarki konstitusional dengan keluarga kerajaan Al Khalifa yang memegang kekuasaan.
Bahrain memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk tradisi musik, seni, dan kerajinan tangan. Musik tradisional Bahrain banyak dipengaruhi oleh budaya Arab dan India, dengan instrumen seperti oud dan tabla yang sering digunakan. Bahrain juga terkenal dengan kerajinan tangan seperti pembuatan perhiasan dan keramik, yang merupakan bagian integral dari budaya lokal.
Ekonomi
Dulunya, Bahrain dikenal sebagai pusat perdagangan mutiara. Industri mutiara sangat penting bagi perekonomian Bahrain sebelum ditemukan minyak pada tahun 1931.
Sejak saat itu, minyak menjadi sumber utama pendapatan negara. Bahrain adalah salah satu negara pertama di kawasan Teluk yang menemukan dan mengembangkan industri minyak.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, Bahrain telah mengambil langkah signifikan untuk mendiversifikasi ekonominya. Sektor keuangan dan perbankan menjadi pilar penting ekonomi negara ini.
Baca juga: Menpora minta warganet Indonesia jaga koridor tanggapi Timnas Bahrain
Ibukota Bahrain, Manama kini menjadi salah satu pusat keuangan utama di Timur Tengah, dengan banyak bank internasional yang berkantor pusat di sana.
Selain itu, pariwisata juga menjadi salah satu sektor yang berkembang di Bahrain. Situs wisata seperti Sirkuit Internasional Bahrain yang digunakan untuk balapan Formula 1, serta situs-situs bersejarah seperti Benteng Bahrain (Qal'at al-Bahrain) yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, menjadikan Bahrain tujuan wisata yang menarik.
Pemerintahan dan politik
Bahrain adalah monarki konstitusional yang dipimpin oleh Raja Hamad bin Isa Al Khalifa. Sistem politiknya terdiri dari dewan legislatif bikameral, yaitu Dewan Perwakilan dan Dewan Syura, dengan anggota yang dipilih dan ditunjuk. Meskipun ada kebebasan politik yang terbatas, Bahrain memiliki kehidupan politik yang aktif, dengan berbagai kelompok politik yang mewakili berbagai kepentingan.
Namun, Bahrain juga menghadapi tantangan politik dalam negeri. Ketegangan sektarian antara komunitas Muslim Sunni yang menjadi kelompok penguasa dan mayoritas Muslim Syiah sering kali menimbulkan ketegangan politik. Bahrain telah mengalami beberapa protes dan aksi demonstrasi besar, terutama selama Arab Spring pada tahun 2011 yang menyebabkan gejolak politik di negara tersebut.
Baca juga: Iran peringatkan Arab Saudi jangan 'ketergantungan' pada Israel
Hubungan internasional
Bahrain memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan banyak negara di dunia, terutama negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Pangkalan Armada Kelima Angkatan Laut Amerika Serikat terletak di Bahrain, yang menunjukkan pentingnya posisi strategis negara ini di kawasan Teluk.
Selain itu, Bahrain juga merupakan anggota dari berbagai organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Liga Arab, dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Meskipun merupakan negara kecil, Bahrain memiliki peran yang signifikan di kawasan Teluk Persia. Dengan warisan budaya yang kaya, ekonomi yang berkembang, dan posisi strategis di kawasan, Bahrain terus beradaptasi dengan tantangan dan peluang di era modern.
Negara ini menghadapi tantangan politik dalam negeri, namun tetap menjadi pemain penting dalam urusan regional dan internasional.
Baca juga: Iran yakin normalisasi Israel dengan negara-negara Arab akan gagal
Baca juga: RI soroti kerja sama transisi energi dan investasi dengan Negara Teluk
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024