Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama terus melakukan terobosan dan inovasi demi memperkuat layanan pendidikan, keagamaan, maupun layanan teknis lainnya.

"Ditjen Bimas Buddha selalu mengedepankan pelayanan kepada umat Buddha mulai dari penyediaan layanan rumah ibadah sehat, layanan disabilitas, pemahaman moderasi beragama, dan pemenuhan kitab suci bagi umat yang berkebutuhan khusus," ujar Dirjen Bimas Buddha Supriyadi di Jakarta, Sabtu.

Supriyadi mengatakan kitab suci bagi penyandang disabilitas itu yakni Dhammapada Braille. Kehadiran Dhammapada Braille ini menegaskan bahwa Kemenag merupakan kementerian yang inklusif.

Sementara di bidang pendidikan, Kemenag telah membangun puluhan Dhammasekha sebagai Pendidikan Formal Keagamaan Buddha selama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Menag Yaqut Cholil Qoumas. Dhammasekha ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan dasar dan menengah.

Dhammasekha terbagi menjadi empat jenjang, yaitu Nava Dhammasekha (Pendidikan Usia Dini), Mula Dhammasekha (Pendidikan Dasar), Muda Dhammasekha (Pendidikan Menengah Pertama), dan Uttama Dhammasekha (Pendidikan Menengah Kejuruan).

Hingga tahun 2024, ada 49 Dhammasekha yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 20 di antaranya sudah dalam proses terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (BAN-PDM).

Guna menunjang peningkatan pembelajaran pendidikan keagamaan secara nasional dan mandiri, Ditjen Bimas Buddha juga menyediakan Learning Management System (LMS).

Sistem ini dapat membantu siswa dan guru pendidikan agama Buddha dalam melakukan pengembangan Pendidikan dasar dan menengah.

Selanjutnya untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing serta mendukung transformasi kelembagaan, tahun ini telah terbit Keputusan Menteri Agama Nomor 452 tentang Ijin Perubahan Bentuk Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda Menjadi Institut Nalanda.

"Terbitnya KMA ini menjadi awal bangkitnya Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha (PTKB) di Indonesia untuk terus memacu diri bergerak dan berkembang seiring tuntutan zaman," kata Supriyadi.

Dalam upaya peningkatan penjaminan mutu PTKB melalui akreditasi, baik akreditasi BAN-PT, LAMDIK, dan LAMPTKES, telah tercatat sebanyak 37 Prodi pada 12 PTKB, dengan rincian peringkat akreditasi A ada 3 prodi, peringkat akreditasi unggul ada 2 prodi dan selebihnya peringkat akreditasi Baik Sekali dan Baik.

Selain itu, kata dia, Kemenag terus mengupayakan dua Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN), yakni Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah dan Sriwijaya Tangerang Banten beralih status menjadi Institut Agama Buddha Negeri.

STABN Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah yang mendapatkan hibah tanah dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri seluas 83,776 M2 pada tahun ini terus berbenah.

Saat ini telah dilakukan ground breaking atau peletakan batu pertama pembangunan gedung layanan pendidikan yang dilaksanakan pada 24 Oktober 2024 dan berlanjut pada tahun 2025.

Pembangunan gedung juga akan dilakukan pada STABN Sriwijaya Tangerang Banten, ditargetkan awal tahun 2025 sudah dimulai peletakan batu pertama. Pembangunan sarana-prasarana menjadi salah satu syarat untuk meningkatkan status perguruan tinggi.

"Beberapa inovasi dan terobosan yang dilakukan Ditjen Bimas Buddha dalam upaya melakukan pelayanan kepada umat untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," kata dia.

Baca juga: Kemenag prioritaskan revitalisasi KUA se-Indonesia
Baca juga: Kemenag tanam 50 ribu lebih pohon di pesantren di Jabodetabek

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024