Istanbul (ANTARA News) - Turki Selasa mengatakan bahwa pihaknya telah melarang masuk lebih dari lima ribu pejuang asing yang dicurigai berusaha menuju Suriah untuk bergabung dengan kelompok Islam garis keras melawan rezim negara itu.
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pemerintahnya yang berakar pada Islam akan mengambil "semua langkah-langkah" untuk membendung aliran jihad dari luar negeri, dengan "menggunakan Turki sebagai tempat transit", untuk memasuki perang Suriah, lapor AFP.
"Kami telah melarang masuk lebih dari 5.300 orang dari dalam negeri yang berencana untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal di Suriah. Kami menahan tersangka teroris dan mendeportasi mereka. Kami telah mendeportasi lebih dari 824 orang sejak 2012," kata Erdogan dalam pidato televisi kepada duta besar Uni Eropa di Ankara.
Komentarnya muncul di tengah kekhawatiran yang meningkat di Eropa mengenai tumbuhnya ancaman keamanan nasional yang ditimbulkan oleh para pelaku jihad yang pulang dari Suriah.
Sebuah video yang diposting di YouTube, rekrutmen untuk kelompok ISIL menampilkan beberapa pemuda Inggris yang telah menimbulkan perhatian khusus di London.
Sementara Turki, juga berjuang untuk membebaskan puluhan petugasnya saat warga diculik pada awal Juni oleh ISIL di Mosul, ketika mereka menguasai daerah sangat luas Irak utara.
Turki, yang mendukung pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad, telah berulang kali membantah tuduhan-tuduhan bahwa pihaknya mengirim senjata kepada pemberontak atau dukungan Al-Qaida terkait kelompok di Suriah.
Erdogan mengatakan militan asing merupakan ancaman bagi keamanan nasional keamanan Turki dan menyerukan kerja sama yang lebih erat antara Ankara dan negara-negara Eropa untuk memerangi terorisme.
Turki memiliki perbatasan panjang yang keropos dengan Suriah, membentang dari Mediterania ke Irak yang telah membuatnya menjadi titik transit utama bagi pemberontak asing yang berusaha untuk melawan rezim Suriah.
Penerjemah: Askan Krisna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014