Falsafah Huma Betang (Rumah Betang) mampu memberikan solusi pada berbagai tantangan masyarakat.

Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Tengah Khairil Anwar mengajak masyarakat untuk menghargai kearifan lokal sebagai identitas tanah air tanpa membenturkan dengan nilai-nilai agama.

"Kita jangan menyalahkan tradisi atau kepercayaan orang karena dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 Pasal 29, bahwa negara menjamin kepercayaan masing-masing,” ujar Khairil dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Khairil mengingatkan bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya dengan budaya. Keberagaman Indonesia menjadi identitas dan daya tarik tersendiri.

Akan tetapi, tutur dia, bagi kaum ekstremis dan fundamentalis, kearifan lokal tidak sejalan dengan nilai nilai agama. Kearifan lokal dianggap dapat menyebabkan deislamisasi dan pendangkalan akidah.

Ketua MUI Kalteng ini beranggapan seseorang dapat menjadi muslim yang kafah apabila yang bersangkutan dapat menjalankan agama dengan penuh keyakinan sambil tetap menghargai kearifan lokal yang menjadi identitas tanah airnya.

Ia mencontohkan bagaimana falsafah Huma Betang (Rumah Betang) mampu memberikan solusi pada berbagai tantangan masyarakat.

Baca juga: OIKN jadikan kearifan lokal Kaltim sebagai desa wisata seperti Bali
Baca juga: Kajati Riau minta tangani perkara melalui pendekatan kearifan lokal

Rumah Betang merupakan rumah panjang yang dihuni oleh beberapa keluarga Suku Dayak di Kalimantan Tengah.

Dalam falsafah tersebut, kata dia, terkandung makna kekerabatan dan kesetaraan. Mereka mampu hidup rukun dan harmoni dalam satu atap meskipun terdiri atas beberapa keluarga dengan latar belakang dan agama yang berbeda.

"Di sana terdiri atas beberapa agama, termasuk juga tradisi-tradisinya, nah di sana ada kesetaraan antara keluarga," ucapnya.

Khairil menganggap nilai agama dan kearifan lokal bisa menjadi menjadi benteng atau keseimbangan dalam menjawab tantangan masyarakat modern.

Menurut dia, nilai-nilai modernisme dan kemajuan teknologi harus diseimbangkan dengan nilai-nilai etika dan spiritual untuk mencegah timbulnya individualisme dan egoisme di tengah masyarakat.

"Merangkul kearifan lokal bukan berarti menanggalkan prinsip-prinsip syariat, melainkan justru memperkuat akar Islam di dalam kehidupan bermasyarakat," kata Khairil Anwar.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024