Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) diperkirakan akan menurunkan bunga penjaminan minimal sama dengan penurunan BI Rate sebesar 50 basis poin atau lebih besar yang diharapkan akan direspon oleh Perbankan. "Penurunan bunga penjaminan sebesar 50 basis poin oleh LPS akan mendorong Perbankan menurunkan bunga kredit ke depan," kata Dirut Bank Antar Daerah (BAD) Rukman Hakim Jodistiro usai penandatanganan Kerjasama dengan Citigroup mengenai CitiTreasury White Label di Jakarta, Senin. Menuru dia, LPS harus segera menurunkan bunga penjaminannya, karena tren turunnya suku bunga bank benar-benar terjadi dalam upaya memicu ekonomi nasional. "Kami optimistis perbankan akan meresponnya lebih cepat, karena mereka juga tidak menginginkan tingkat suku bunga yang tinggi," katanya. Menurut dia, dengan turunnya suku bunga kredit perbankan, maka diharapkan nasabah baru akan muncul mencari kredit baru untuk menjalankan usahanya melihat potensi pasar Indonesia masih tetap potensial. "Dengan usaha pencarian kredit semakin besar menunjukkan fungsi intermediasi perbankan semakin berkembang. Demikian pula ekonomi nasional diperkirakan akan berjalan dengan lebih cepat, katanya. Meski demikian di kawasan Surabaya saat ini mengalami kesulitan, karena masyarakat sedang dilanda musibah dengan adanya semburan lumpur Lapindo, sehingga aktifitas kegiatan bisnis agak mengendor. Karena itu target kredit BAD sebesar Rp435 miliar akan sulit tercapai, namun untuk mencapai 90 persen dari kredit itu diperkirakan akan tercapai, katanya. Ditanya mengenai kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), ia mengatakan, modal disetor BAD saat ini mencapai Rp73 miliar untuk memenuhi kewajiban yang ditetapkan API pada 2008 modal disetor sebesar Rp80 miliar, maka pihaknya akan mendapat suntikan dana dari pemilik maupun dari pendapatan organik. "Kami optimis akan bisa memenuhi ketentuan API, karena `owner` siap memberikan bantuan berapa dana yang harus dipenuhinya," katanya. Bank Antar Daerah (BAD) melakukan kerjasama dengan Citigroup meluncurkan layanan CitiTreasury White Label (CWL) yang pertama kali di Indonesia dan Asia Pasifik untuk meningkatkan kemampuan kompetitip global bagi banknya. Rukman Hakim mengatakan, BAD memasuki era baru dengan kerjasama ini, sehingga dapat melakukan ekspansi bisnis treasury seperti valas, tanpa harus berinvestasi lebih besar dalam mendirikan infrastrukturnya. Citigroup Country Officer Indonesia, Peter Eliot dalam kesempatan ini mengatakan, CWL adalah suatu one stop financial platform berbasis internet yang diciptakan untuk memfasilitasi penjualan produk Treasury, seperti valas, investasi dan hegding (lindung nilai). Selain itu CWL mempermudah interaksi antara partner bank-bank pengguna white label dengan pelanggan internal maupun eksternal, katanya. "Layanan ini disebut white label, karena logo dan merek yang tercantum pada platform tersebut disesuaikan dengan keinginan partner bank, "kata Head of Financial Market Group Alan Jenviphakul. Dengan layanan CWL, BAD memiliki akses yang lebih cepat dan aman dalam melaksanakan transaksi jual beli valas online secara real time dan didukung oleh tim support independen yang sediak 24 jam sehari, katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006