Sudah jadi guidance WHO sejak 2020 dan kita baru implementasikan sekarang

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membagikan 1,3 juta botol Multiple Mikronutrien Suplementasi (MMS) sebagai upaya pemenuhan gizi ibu hamil, guna menghindari masalah kesehatan seperti anemia, yang dapat menjadi faktor risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan stunting.

"Penyakit yang menyerang ibu hamil dan anak-anak itu penyakit gizi. Artinya, gizinya banyak kurangnya. Saya baca dari ibu hamil 4,9 juta, yang kena anemia 27 persen. Itu tinggi banget," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dia menyebutkan permasalahan kurang gizi pada ibu hamil di Indonesia menjadi perhatian pihaknya dan berbagai ahli gizi dunia. Oleh karena itu, kata Menkes Budi, Kemenkes bersama lembaga kesehatan dunia dan lembaga kesejahteraan anak seperti WHO dan UNICEF merekomendasikan penggunaan MMS untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil.

"Sudah jadi guidance WHO sejak 2020 dan kita baru implementasikan sekarang,” ujar Menkes.

Baca juga: Kemenkes: Pemberian tablet MMS bagi ibu hamil untuk cegah stunting

Berdasarkan penelitian, lanjut dia, MMS memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil, sehingga dapat mengurangi berbagai risiko yang menyertai kehamilan.

"Hasil penelitian bilang kalau pakai MMS ini gizinya ibu hamil akan jauh lebih baik. Kemudian, bayinya lahirnya juga lebih sehat, mengurangi bayi lahir yang pendek, dan juga mengurangi bayi lahir yang stunting, dan juga mengurangi kematian bayi,” ucap Menkes.

Selain itu Menkes berpesan agar ibu hamil mengonsumsi MMS selama enam bulan masa kehamilan untuk mengurangi risiko BBLR dan stunting.

Dalam keterangan yang sama, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi menyatakan setiap tablet MMS mengandung 10 vitamin dan 5 mineral. Nutrisi penting bagi ibu hamil yang terkandung dalam MMS antara lain vitamin A, D, E, C, B12, niasin, asam folat, zat besi, zinc, tembaga, selenium, dan iodin.

Program MMS yang diluncurkan pada 2024 ini, kata dia, akan dimulai pada 209 kabupaten dan kota di 15 provinsi, yang dipilih berdasarkan angka kejadian BBLR, ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK), stunting, populasi padat, dan sasaran ibu hamil yang banyak.

Baca juga: Menkes luncurkan tablet MMS untuk penuhi gizi ibu hamil di Bandung

Adapun 1,3 juta botol MMS, katanya, masing-masing berisi 180 tablet telah disiapkan untuk didistribusikan kepada ibu hamil. Kemudian sosialisasi program telah dilakukan di berbagai kabupaten dan kota terpilih.

Maria menambahkan sebagai bentuk dukungan keberlangsungan program itu pada masa mendatang, telah diterbitkan Keputusan Menkes Nomor: HK.01.0/MENKES/1092/2024 tentang Standar Suplemen Zat Gizi Mikro untuk Ibu hamil.

Selain itu, katanya, berbagai dukungan lain terkait program MMS antara lain penerbitan Peraturan Kepala BPOM Nomor: 15 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 32 Tahun 2022 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen Kesehatan.

Endang menyebutkan program MMS juga telah didukung oleh riset implementasi yang dilakukan oleh berbagai universitas, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Hasanudin (Unhas).

Untuk mendukung kemandirian produksi, dia menambahkan telah dilaksanakan coaching clinic guna memperkuat kapasitas industri lokal dalam menyiapkan produk dalam negeri untuk kepentingan program pemerintah, komersial, dan ekspor pada 8-9 Oktober 2024.

Baca juga: Wamenkes: Ibu hamil harus cek gula darah rutin untuk cegah makrosomia

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024