Jakarta (ANTARA News) - Guna menghilangkan kabut asap akibat kebakaran hutan di beberapa wilayah di Indonesia, untuk kesekian kalinya pemerintah Indonesia akan melakukan pembuatan hujan buatan di wilayah Kalimantan dan Sumatera. "Hari ini telah terjadi penurunan titik api secara drastis, namun asap masih ada karena (asap) sudah ngebul ke atas. Dia (asap) hanya bisa hilang kalau ada hujan atau angin keras, oleh karena itu kita usahakan hujan buatan, selama lima hari ini akan kita evaluasi terus," kata Menteri Kehutanan MS Ka`ban seusai rapat khusus soal penanganan kabut asap di Kantor Wapres Jakarta, Senin. Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Wapres H.M Jusuf Kalla dan dihadiri pula oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar serta Ketua Pelaksana Harian Bakornas Syamsul Ma`arif. Menurut MS Ka`ban, kabut asap yang terjadi saat ini merupakan akumulasi dari kebakaran hutan yang telah terjadi beberapa hari sebelumnya. Dari data yang ada, tambah MS Ka`ban sebelumnya terdapat sekitar 6.000 titik apai di seluruh Indonesia. Dan saat ini telah menyusut hingga tinggal di bawah 600 titik api saja setelah dialakukan upaya terus menerus dengan melibatkan Pasukan manggala Api, serta dilakukannya bom air (Water Bom) menggunakan helikopter. "Yang paling menyolok di Kalimantan Tengah yang sebelumnya terdapat 1.710 titik apai saat ini tinggal di bawah 200 titik api," katanya. Untuk upaya pembuatan hujan buatan tersebut, tambahnya, pemerintah telah menyiapkan pesawat hercules dan peralatannya untuk dikirimkan ke daerah-daerah seperti di Sumatera Selatan dan kalimantan. Untuk wilayah Sumatera yang paling parah terkena kebakaran hutan di sekitar perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan dengan kabupaten Ogan Komerin Ilir (OKI). "Selain itu kita siapkan lagi 10 helikopter untuk bom air apabila tiba-tiba titik api meningkat lagi," kata Menhut. Selain upaya pembuatan hujan buatan dan pengerahkan helikopter juga akan dibarengi dengan proses penegakkan hukum yang tegas bagi para pelaku pembakaran hutan. Untuk itu, tambah Menhut, Wapres telah menginstruksikan kepada jajaran aparat kepolisian untuk pmelakukan penyelidikan dan menangkap para pelakunya. Mengenai adanya desakan dan protes dari pemerintah Malaysia dan Singapura, Menhut mengatakan pemerintah Indonesia bisa menerima protes tersebut namun seharusnya Malaysia dan Singapura bisa berlaku fair. "Kalau Malaysia dan Singapura mengeluh ya bisa saja, tapi ya harus fair dong. Kita punya hutan, mereka mendapatkan oksigennya kok tidak berterima kasih," kata MS Ka`ban.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006