Medan (ANTARA News) - Berniat hendak membela Gubernur Sumatera Utara, Rudolf M Pardede, seorang anggota DPRD Sumut menantang rekannya sesama anggota dewan yang dinilainya sentimen terhadap gubernur untuk adu jotos di luar sidang. "Bila perlu saya siap beradu fisik dengan siapa saja jika ada yang sentimen dengan Rudolf Pardede," ujar Jhon Eron Lumbangaol dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada sidang paripurna DPRD sumut, di Medan, Senin. Pernyataan Lumbangaol ternyata memancing reaksi dari sejumlah anggota dewan yang lain, diantaranya Ketua Fraksi Partai Bintang Reformasi (PBR), H. Raden Muhammad Syafi`i. "Eron jual, saya akan beli," ujarnya. Sidang paripurna DPRD sumut dengan agenda penyampaian pendapat akhir fraksi terhadap dua rancangan peraturan daerah (ranperda) itu memang berlangsung cukup panas. Sidang bahkan sempat ditunda hampir selama dua jam dari jadwal semula mulai pukul 09.00 WIB. Rusuh berawal ketika anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) H. Hidayatullah langsung melancarkan interupsi ketika Gubernur Rudolf Pardede memasuki ruangan dan pimpinan sidang H. Hasbullah Hadi kemudian membuka sidang paripurna itu. Dalam interupsinya Hidayatullah kembali mempertanyakan riwayat pendidikan Rudolf yang dinilai tidak jelas. Bahkan, menurut dia, gubernur tidak memiliki ijazah dan kini tengah menjadi tersangka dalam kasus pemalsuan surat keterangan ijazah di Polda Sumut. Belum selesai bicara, Hidayatullah langsung dipotong interupsi dari Wakil Sekretaris Fraksi PDIP, Analisman Zalukhu. Dengan nada keras dan cenderung emosi dia mempertanyakan itikad Hidayatullah yang selalu mempertanyakan kasus Rudolf Pardede. Belum selesai Zalukhu bicara, pada saat bersamaan Jhon Eron Lumbangaol juga angkat bicara. Dengan emosi ia menuding sebagian anggota dewan sentimen terhadap Rudolf Pardede yang juga Ketua Umum DPD PDIP Sumut itu. Menanggapi ajakan adu fisik dari Lumbangaol, Raden Muhammad Syafi`i mengatakan tidak gentar. "Dia jual pasti saya beli. Ini sudah merupakan ancaman serius," tegasnya. Perang mulut antar sesama anggota dewan masih berlangsung beberapa saat sebelum Wakil Ketua DPRD Hasbullah Hadi yang juga bertindak sebagai pimpinan sidang berhasil menenangkan suasana. Setelah suasana terkendali, ia mempersilakan Hidayatullah untuk melanjutkan pembicaraan sekaitan dengan interupsinya pada awal sidang. Pada kesempatan itu ia hanya meminta Kapolda dan Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut yang ikut hadir pada sidang paripurna itu segera menuntaskan kasus yang melibatkan Rudolf Pardede. Selesai berbicara, seperti pada sidang-sidang lain yang dihadiri rudolf Pardede, anggota Fraksi PKS, Fraksi PBR dan juga Fraksi Partai Parsatuan Pembangunan (PPP) melakukan aksi "walk out" (WO) dan meninggalkan ruang sidang. Raden Muhammad Syafi`i kepada wartawan di luar ruangan sidang menilai Lumbangaol terlalu berlebihan ketika menantang anggota dewan yang menolak Rudolf untuk beradu fisik. "Pernyataan Eron merupakan tantangan bagi masyarakat yang diwakili oleh fraksi-fraksi yang ada di dewan," ujarnya. Tentang sikap fraksinya --dan juga dua fraksi lain yakni PKS dan PPP-- yang selalu menolak jika Rudolf hadir pada setiap sidang paripurna, menurut dia konsistensi sedemikian rupa disebabkan latar belakang pendidikan Rudolf yang memang tidak jelas. "Yang pasti apa yang dikatakan Eron jelas akan membuat marah dan membangkitkan semangat msyarakat yang selama ini menolak Rudolf karena latar belakang pendidikannya yang tidak jelas itu," tambahnya. Sementara itu, penasehat Fraksi PKS DPRD Sumut, Muhammad Nuh, menilai pernyataan Lumbangaol sebagai pernyataan emosional dan tidak sepatutnya diucapkan. "Itu pernyataan yang berlebihan," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006