Jakarta (ANTARA News) - Lima tahun telah berlalu sejak petualangan terakhir Hiccup (Jay Baruchel) dan Toothless, yang berakhir dengan perdamaian antara manusia dan naga di Berk, sebuah Desa Viking di salah satu sudut Skandinavia.
Kini Hiccup yang harus hidup dengan satu kaki bukan lagi seorang bocah lemah yang bahkan tidak sanggup mengangkat palu khas Bangsa Viking.
Ia adalah salah satu penunggang naga hebat dengan cita-cita menjelajah dunia bersama naga tercintanya, Toothless.
Laiknya seorang Viking sejati dengan perahunya, Hiccup memilih naga sebagai gantinya, bukan sebagaimana semestinya.
Namun tentunya keinginan Hiccup ditentang oleh sang ayah, Kepala Suku Berk, Stoic the Vast (Gerard Butler), yang menginginkan anak tunggalnya segera menggantikannya memimpin Berk.
"How To Train Your Dragon 2", lebih kurang bertutur tentang pencarian jati diri Hiccup Horrendous Haddock III dalam balutan kisah yang sedikit lebih gelap dari pada seri pertamanya yang diluncurkan pada 2010.
Petualangan Hiccup dan Toothless kali ini diawali ketika Hiccup dan Astrid Hofferson (America Ferrera), kekasihnya, bertemu dengan seorang penangkap naga, Eret (Kit Harington), yang mengumpulkan naga untuk Drago Bludvist (Djimon Hounsou), seorang penakluk naga yang haus darah.
Mendengar kemunculan Drago, Stoic memerintahkan agar seluruh naga di Berk didaratkan. Ia menyebut Drago sebagai sosok yang tidak bisa dilawan. Namun Hiccup tidak percaya. Ia merasa bisa membujuk Drago untuk berdamai.
"Seseorang yang membunuh tanpa alasan tidak dapat diajak berdialog," kata Stoic saat Hiccup masih memaksa untuk membujuk Drago.
Tapi sebagaimana seri pertamanya, Hiccup yang keras kepala mengabaikan nasehat ayahnya dan pergi mencari Drago untuk membujuknya agar tidak mengganggu Berk.
Dalam perjalanannya Hiccup bertemu seorang penunggang naga yang lain, Valka (Cate Blanchett). Valka ternyata tidak hanya menyembunyikan sebuah surga bagi para naga namun juga menyimpan sepotong rahasia besar tentang masa lalu Hiccup.
Pertemuan Hiccup dengan Valka membuat Hiccup makin yakin pada keputusannya untuk menjelajah dunia dengan naga kesayangannya.
Namun belum lagi ia mewujudkan keinginannya. Drago dan pasukannya menyerbu surga para naga tempat tinggal Valka.
Dan pertempuran tidak terhindarkan apalagi ketika naga alpha milik Drago berhasil mengalahkan naga alpha Valka.
Naga alpha adalah naga terbesar dan terkuat yang akan mengendalikan seluruh naga kecuali bayi naga yang disebut Valka sebagai tidak tunduk pada siapapun.
Suatu kejadian besar di surga para naga Valka mengubah jalan hidup Hiccup selamanya. Sebuah kehilangan yang mendewasakan Hiccup dan mendorongnya kembali ke Berk, kembali ke rakyatnya.
Serba Lebih
Menggawangi sebuah sekuel film komedi animasi bukan pekerjaan mudah. Apalagi jika film pertamanya terbilang sukses dan ada rentang jarak sampai lima tahun lamanya.
Lima tahun untuk sebuah sekuel bisa terbilang cukup lama apalagi jika film itu menyasar anak-anak. Dalam rentang lima tahun, demografi penonton bisa terbilang berubah.
Sebagian besar konsumen yang disasar kali ini bisa jadi belum pernah menyaksikan "How To Train Your Dragon" sehingga tidak dapat memahami kedekatan emosional Hiccup dan Toothless. Ataupun masa lalu Hiccup.
Tapi sutradara Dean DeBlois tampak cukup yakin dengan naskahnya yang menyelipkan penjelasan di sana-sini tentang seri pertama petualangan pasangan itu tanpa kesan mengganggu.
Ia bahkan membuka film dengan penjelasan paralel dengan film pertamanya yaitu penjelasan tentang kehidupan di Berk. Hanya kali ini DeBlois tidak menyajikan naga sebagai hama namun bagian penting dalam sebuah pertandingan balap naga yang sepintas mirip "Quidditch" dalam serial "Harry Potter".
DeBlois juga terbilang sukses membangun sebuah petualangan mendebarkan pencarian jati diri di punggung naga dengan tokoh protagonis utama yang difabel dan harus menggunakan kaki palsu untuk menopang tubuhnya.
Gaya bercerita yang apik membalut pesan kuat tentang kepercayaan diri yang luar biasa dari seorang Hiccup dan bahkan Toothless yang sekalipun kehilangan sebagian sirip ekornya tetap percaya diri melawan seekor naga alpha.
Dalam sekuel yang diangkat dari buku anak-anak karya Cressida Cowell ini, DeBlois menawarkan segala sesuatu yang serba lebih dari seri pertamanya.
Lebih banyak naga dengan menciptakan surga naga Valka dan bahkan menambahkan satu jenis naga alpha yang sepintas lalu mirip dengan karakter "Godzilla" namun menyemburkan es.
Lebih banyak pertempuran dan aksi-aksi yang memancing "wow" berkat bantuan teknologi 3-D yang tidak sederhana.
Dan tentunya lebih banyak humor dengan tetap memunculkan barisan teman-teman Hiccup seperti si kembar Tuffnut (TJ Miller) dan Ruffnut Thorston (Kristen Wiig) dengan naga berkepala duanya Barf dan Belch, Snotlout Jorgenson (Jonah Hill) yang menunggangi Hookfang, serta Fishlegs Ingerman (Christopher Mintz-Plasse) yang beraksi dengan naga gemuknya Meatlug.
Tak ketinggalan DeBlois menggandeng aktor tampan yang tengah naik daun berkat perannya di serial televisi "Game of Thrones", Kit Harington untuk mengisi suara Eret, si penangkap naga yang berotot.
"How To Train Your Dragon 2" juga menawarkan lebih banyak kejutan, tentang masa lalu Valka, tentang akhir perjalanan Stoic dan sahabatnya Gobber the Belch (Craig Ferguson).
Tentang carut marutnya istilah perang dan damai, dan tentunya bagaimana (how to) Hiccup kembali melatih (train) Toothless untuk tidak melupakan karakternya sebagai sahabat manusia.
Belum lagi DeBlois berhasil "memaksa" Gerard Butler untuk bernyanyi dalam film yang berdurasi satu jam 45 menit itu.
Selain beberapa fakta sejarah yang tidak tepat, tapi keberadaan naga di era kaum Viking juga sudah memancing tanya.
Kiranya "How To Train Your Dragon 2" terbilang cukup menghibur dengan sajian gambar indah dan kisahnya yang mengusung sejumlah pesan moral.
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014