Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Kerja Standar Kecukupan Gizi dan Mutu Pelayanan Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mahmud Fauzi menyebut bahan-bahan yang digunakan untuk makan bergizi gratis mesti sudah terfortifikasi atau mendapatkan tambahan nutrisi gizi.

“Dalam makan bergizi gratis, bahan makanan yang digunakan diharapkan sudah terfortifikasi, misalnya garam yang sudah beryodium, kalau menggunakan tepung terigu juga sudah terfortifikasi, kalau perlu minyak goreng juga yang sudah terfortifikasi vitamin A,” katanya dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Fauzi mengemukakan, saat ini pemerintah sedang mengembangkan beras yang sudah terfortifikasi, dengan harapan bahwa di dalam bahan makanan tersebut sudah ada tambahan zat-zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.

Ia juga menyampaikan data bahwa berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, remaja di Indonesia mengalami defisiensi mikronutrien, di mana satu dari lima remaja mengalami kekurangan darah merah atau anemia, dan satu dari lima perempuan usia subur juga mengalami anemia.

“Satu dari tiga perempuan hamil anemia atau 27,7 persen, dan anemia pada anak-anak usia 6-14 tahun sebesar 16,3 persen, untuk itu, makan bergizi gratis cukup bermanfaat sebagai strategi upaya pemenuhan dan perbaikan gizi,” ujar dia.

Ia berharap, dalam jangka panjang juga bisa dilakukan perbaikan pola mengkonsumsi gizi seimbang melalui diversifikasi atau penganekaragaman makanan, yang tentu harus didorong melalui pengawasan gizi.

Baca juga: Kemenkes: Makan bergizi gratis harus terintegrasi dengan edukasi

“Masalah gizi di Indonesia masih disebabkan oleh asupan yang tidak adekuat sesuai kebutuhan, serta praktik atau kebiasaan konsumsi yang tidak sesuai dan aman. Prinsip gizi seimbang itu kalau dulu ada slogan empat sehat lima sempurna, saat ini ke pedoman gizi seimbang,” tuturnya.

Ia menegaskan, terdapat terdapat lima pilar dalam pedoman gizi seimbang, pertama yakni mengkonsumsi pangan beraneka ragam karena tidak ada makanan yang sempurna kecuali ASI (untuk anak di bawah enam bulan itu yang terbaik).

“Kalau kita makan daging, banyak protein dan lemak tetapi kurang vitamin, kalau kita makan sayur dan buah, mungkin banyak vitamin dan mineral tetapi kurang karbohidrat, untuk itu perlu penganekaragaman pangan,” kata dia.

Pilar kedua, yakni membiasakan perilaku hidup sehat, dengan mendorong perilaku hidup sehat bagi peserta didik, misalnya cuci tangan sebelum makan.

Pilar ketiga yakni melakukan aktivitas fisik, pilar keempat yakni mempertahankan dan memantau berat badan normal karena setiap kelompok umur memiliki kebutuhan standar gizi yang berbeda-beda.

“Pilar kelima yakni membiasakan makan pagi, untuk itu pada program makan bergizi gratis, rekomendasi kelompok kerja perbaikan gizi kami memang diberikan sebaiknya pada anak-anak SD di waktu pagi, sedangkan untuk SMP dan SMA di makan siang,” tuturnya.

Baca juga: Makan Bergizi Gratis dinilai akan berkontribusi besar ke PDB 2025

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024