Qingdao (ANTARA) - Kedutaan Besar RI (KBRI) Beijing mengajak pengusaha dari Shandong selaku provinsi dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) ke-3 terbesar di China untuk memperluas bisnis di Indonesia.

"Sebagai provinsi dengan PDB terbesar ketiga di China, saya yakin Shandong menawarkan banyak potensi bagi Indonesia. Beberapa menteri dari Indonesia telah menyaksikan potensi ini selama kunjungan mereka ke Qingdao," kata Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun di Qingdao, provinsi Shandong, China pada Rabu (16/10).

Dubes Djauhari menyampaikan hal tersebut dalam Forum Bisnis "Mendorong Kerja Sama Ekonomi yang Lebih Kuat antara Indonesia-China" yang diselenggarakan oleh KBRI Beijing dan dihadiri sekitar 50 perusahaan di Shandong dan sekitarnya di bidang energi hijau, bioteknologi, farmasi, kecerdasan buatan, otomotif, makanan, pertanian dan lainnya.

"Menteri Perhubungan Indonesia telah mengamati teknologi kereta cepat cepat dengan teknologi otonomisasi sementara Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia juga telah mengunjungi perusahaan produk perikanan di Shandong," ungkap Dubes Djauhari.

KBRI Beijing, menurut Dubes Djauhari, ingin memperluas jaringan dengan banyak bisnis dan industri di Provinsi Shandong.

"Saya juga mencatat bahwa Qingdao terus memprioritaskan investasi pada infrastruktur, industri teknologi tinggi, dan industri strategis yang sedang berkembang. Kami berharap dapat bekerja sama untuk mengeksplorasi kolaborasi di bidang ini," tambah Dubes Djauhari.

Menurut Dubes Djauhari, berdasarkan data, pada 2023, volume perdagangan bilateral Indonesia-China mencapai 139,41 miliar dolar AS dengan surplus dari sisi Indonesia.
Sedangkan dari Januari hingga Agustus 2024, nilai perdagangan kita telah mencapai 92,7 miliar dolar AS atau meningkat 15 persen dibandingkan periode sebelumnya pada 2023.

China juga tercatat sebagai sumber investasi terbesar kedua di Indonesia. Pada 2023, investasi dari China mencapai 7,4 miliar dolar AS dan diikuti investasi dari Hong Kong sebesar 6,5 miliar dolar AS. Jika dibandingkan dengan nilai investasi pada 2014 yang hanya 800 juta dolar AS, artinya investasi China telah berlipat ganda dan meluas di berbagai bidang.

"Pada Minggu, 20 Oktober 2024, Indonesia akan memiliki pemimpin baru, Prabowo Subianto. Sebelum pelantikannya, saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan presiden terpilih, Prabowo Subianto telah bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing untuk memastikan kelanjutan kerja sama dengan Tiongkok," kata Dubes Djauhari.

Seperti Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto, ungkap Dubes Djauhari, juga melihat China sebagai mitra kunci.

"Lebih banyak fokus akan diberikan pada ekonomi, perdagangan, pertanian, dan pengentasan kemiskinan. Indonesia berharap bahwa China dapat berbagi praktik terbaik di bidang ini. Karena itu, saya yakin kerja sama ekonomi yang kuat dengan China akan terus berkembang, termasuk dengan para pebisnis dari provinsi Shandong," jelas Dubes Djauhari.

Selain itu, Dubes Djahari mengatakan Indonesia juga memainkan peran penting di ASEAN yang memiliki populasi sekitar 600 juta orang.

"Kita harus berpikir apa yang akan terjadi dengan China, Indonesia dan ASEAN pada 10-20 tahun ke depan, tentu akan ada perubaha geoekonomi. Pemerintah baru juga berkomitmen penuh untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk investasi, perdagangan dan pariwisata. Saya menantikan kedatangan Anda di Indonesia," ungkap Dubes Djauhari.

Baca juga: China-ASEAN Expo jadi platform jajaki peluang bisnis
Baca juga: Perusahaan teknologi tinggi China jajaki potensi bisnis di Indonesia
Baca juga: KJRI Guangzhou promosikan Indonesia ke pengusaha China bagian selatan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024