Makan bergizi gratis harus selalu terintegrasi dengan edukasi, karena kalau hanya memberikan makanan saja, mungkin keberlanjutan di rumahnya tidak dapat terlaksana dengan baik
Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Kerja Standar Kecukupan Gizi dan Mutu Pelayanan Gizi Kesehatan Ibu dan Anak (SKGMP) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mahmud Fauzi menyatakan program makan bergizi gratis harus selalu terintegrasi dengan edukasi, utamanya kepada para siswa.

“Makan bergizi gratis harus selalu terintegrasi dengan edukasi, karena kalau hanya memberikan makanan saja, mungkin keberlanjutan di rumahnya tidak dapat terlaksana dengan baik,” kata Fauzi dalam diskusi yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Kamis.

Ia menyebutkan upaya perbaikan gizi juga terus dilakukan oleh Kemenkes, bahkan sebelum program makan bergizi gratis digaungkan, di antaranya melalui pendidikan gizi, suplementasi gizi, dan pemantauan pemberian gizi.

“Suplementasi gizi kita lakukan melalui pemberian vitamin A, tablet tambah darah, dan lain sebagainya. Kita juga memberikan tatalaksana gizi bagi anak yang sudah mempunyai masalah gizi, baik yang berat badannya berlebihan atau overweight, kurang berat badan atau underweight, kurang gizi kronis atau stunting, serta wasting atau yang mengalami kurang gizi akut,” paparnya.

Ia menegaskan pemantauan pada pemberian makanan bergizi gratis juga perlu terus dilakukan, yang diikuti dengan pemeriksaan atau skrining kesehatan secara rutin.

“Harus terus dipantau makan bergizi gratis ini, selain itu, upaya skrining, pemantauan secara rutin apakah ada peningkatan atau perubahan status gizi, bagaimana pola konsumsinya perlu dicek pada saat program ini berjalan,” ucapnya.

Baca juga: Kepulauan Seribu edukasi warga Pulau Tidung olah makanan bergizi
Baca juga: Anggota DPR usul Program Makan Bergizi Gratis dibarengi edukasi


Ia mengutarakan pemberian makanan bergizi gratis telah sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, salah satunya yakni upaya pemenuhan gizi ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang mesti dipenuhi untuk seluruh siklus hidup.

“Jadi kegiatan makan bergizi gratis ini merupakan upaya pemenuhan gizi untuk hampir seluruh siklus hidup, mulai dia hamil sampai lanjut usia, tetapi dengan perhatian khusus kepada ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita, serta remaja perempuan,” ujar dia.

Selain memberikan edukasi, menurutnya, strategi pemberian makan bergizi gratis juga perlu dilakukan dengan memperbaiki pola konsumsi makanan yang lebih beragam, bergizi seimbang dan aman, serta memperhatikan keamanan pangan.

“Dengan adanya makan bergizi gratis, tentu upaya peningkatan produksi pangan lokal juga harus didorong karena kebutuhan itu besar sekali. Kalau dalam sehari satu orang membutuhkan 100 gram beras saja, kalau 82 juta orang, berapa ratus ton yang harus disiapkan dalam sehari? Itu perlu diperhatikan,” tuturnya.

Sebagai informasi, berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sasaran makan bergizi gratis yakni 15,42 juta jiwa yang terdiri atas anak sekolah, santri, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di 514 kabupaten/kota.

Alokasi total untuk program makan bergizi gratis yakni Rp71 triliun melalui penyaluran anggaran salur langsung sebagai dana kementerian/lembaga. Satuan biaya makan bergizi gratis sebesar Rp15 ribu yang disesuaikan dengan tingkat kemahalan atau harga bahan-bahan di masing-masing daerah.

Baca juga: Kemenkes berdayakan ibu-ibu lokal siapkan makanan tambahan bergizi
Baca juga: BPOM: Program PMT berbahan pangan lokal tingkatkan gizi dan ekonomi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024