Manokwari (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melibatkan perempuan dan siswa sekolah di Manokwari, Papua Barat, menjadi agen perdamaian untuk melawan propaganda radikalisme dan terorisme.

BNPT bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Papua Barat menyelenggarakan seminar bertajuk Smart Bangsa-ku Bersatu Indonesia-ku guna memberikan sosialisasi terkait pencegahan paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme kepada perempuan dan siswa sekolah di Manokwari, Kamis.

"Dengan kegiatan ini kita mendorong kaum perempuan dan anak sekolah agar menjadi agen perdamaian melawan segala bentuk paham dan propaganda radikalisme dan terorisme di sekolah maupun keluarga masing-masing," kata Direktur Perangkat Hukum Internasional BNPT Imam Subekti saat membuka seminar tersebut.

Berdasarkan survei dan penelitian BNPT tahun 2023, angka indeks potensi radikalisme meningkat sebesar 1,7 persen dibandingkan dengan tahun 2022.

Survei tersebut menunjukkan indeks potensi radikalisme lebih tinggi pada kelompok perempuan, generasi Z, dan masyarakat yang aktif menggunakan internet dalam mencari dan menyebarkan konten keagamaan.

"Hal ini membuktikan bahwa perempuan dan generasi muda lebih rentan terpapar paham radikalisme dan terorisme," ujarnya.

Baca juga: BNPT serukan jaga kebersamaan di Papua dengan pendekatan kemanusiaan

Sebagai lembaga yang berperan untuk memerangi terorisme di Indonesia, BNPT perlu memberikan pengetahuan sejak dini terkait paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme.

"Siswa sekolah nantinya akan membawa perubahan Indonesia menuju ke arah lebih baik, sehingga saat ini waktu yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter positif mereka," katanya.

Kepala Badan Kesbangpol Papua Barat Rosa M. Thamrin Payapo mengatakan, kerawanan perempuan dan generasi muda terpapar terorisme menjadi peringatan agar pemerintah terus melakukan upaya pencegahan secara terukur dan berkesinambungan untuk membimbing dan membina perempuan dan generasi muda.

"Kemajuan zaman dan perkembangan internet yang semakin pesat perlu diantisipasi agar perempuan dan generasi muda tidak terjebak konten negatif radikalisme dan terorisme," ujarnya.

Baca juga: BNPT cegah radikalisme di Papua Barat melalui YOI

Menurut dia, terorisme merupakan bahaya laten karena mempunyai tujuan ideologi tertentu dan ingin mengubah Pancasila sebagai ideologi bangsa.

"Semakin banyak generasi muda yang menguasai teknologi sehingga mereka perlu dibimbing dengan program penanggulangan terorisme. Semua menginginkan daerah tetap aman dan kondusif, agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan baik dan lancar," ujarnya.

Ketua FKTP Papua Barat Musa Kamudi mengatakan bahwa pada seminar tersebut pihaknya melibatkan 100 peserta yang terdiri atas siswa sekolah, guru, dan organisasi perempuan di Manokwari.

Perempuan maupun ibu-ibu perlu diberi pengetahuan paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme karena mereka sebagai ujung tombak keluarga yang bisa menanamkan nilai-nilai Pancasila dan toleransi kepada anak bangsa.

Baca juga: BNPT ajak pemuda Papua waspadai paham radikal

"Anak usia sekolah dan guru juga perlu ditingkatkan kemampuan tidak hanya di bidang pendidikan tetapi juga untuk pengembangan bakat dan minat sehingga dapat menumbuhkan karakter cinta tanah air dan nilai Pancasila di sekolah maupun di lingkungan sekitar," katanya.

Pewarta: Ali Nur Ichsan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024