Gerakan pemilahan sampah dari rumah tangga juga efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA

Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, hingga saat ini sudah mampu menekan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat, sampai 40-60 ton per hari.

Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Kamis, mengatakan, awalnya volume sampah yang dibuang ke TPA mencapai 220-240 ton per hari.

"Sekarang sudah mencapai sekitar 184 ton per hari, tapi itu termasuk sampah basah," katanya.

Sampah basah itu, menurutnya, merupakan sampah yang diangkut petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram dari sungai atau saluran dan sudah tidak bisa diolah.

"Sampah basah yang diangkut PUPR bisa dikatakan sampah wajib buang, sebab sudah tidak bisa diolah," katanya.

Baca juga: TPST Sandubaya di Mataram mampu produksi 20 ton magot
Baca juga: DLH Mataram bangun bank sampah induk

Menurutnya, salah satu faktor menurunnya volume sampah yang dibuang ke TPA karena Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya kini sudah beroperasi secara maksimal.

Khusus untuk sampah yang diolah di TPST modern Sandubaya sehari mencapai sekitar 46 ton dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara.

Setelah dipilah dan diolah, lanjutnya, dari 46 ton itu residu yang buang ke TPA Kebon Kongok, Lombok Barat, sebanyak 6 ton atau dua dump truk.

"Sisanya sekitar 40 ton, kami olah menjadi pakan maggot untuk sampah organik sisa makanan dan batako atau paving block untuk sampah plastik," katanya.

Baca juga: Pemkot Mataram ujicoba limbah bekas pakan maggot jadi bahan bakar PLTU
Baca juga: DLH Mataram usulkan tambahan alat pencetak batako dari limbah plastik

Keberadaan TPST modern Sandubaya itu, katanya, memberikan andil dalam upaya efisiensi operasional pembuangan sampah ke TPA dan sebaliknya memberikan dampak ekonomis bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

"Maggot yang kami produksi dijual dan uang-nya masuk ke kas daerah, sedangkan paving block aturan kami kami kaji untuk dikomersialkan," katanya.

Pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA, tambahnya, juga dipengaruhi karena gencar-nya program pemilahan sampah dari rumah tangga.

"Gerakan pemilahan sampah dari rumah tangga juga efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA," katanya.

Baca juga: Banyuwangi jadikan penanganan sampah sebagai prioritas pembangunan
Baca juga: TNI jaring 6 ribu ton sampah dalam program Ciliwung Bening
Baca juga: Bantul libatkan semua stakeholder untuk kemandirian pengelolaan sampah

Pewarta: Nirkomala
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024