Chisinau, Moldova (ANTARA) - Pemerintah Rumania pada Rabu (16/10) menyetujui dengan segera resolusi tentang pendanaan pelatihan personel Ukraina di pusat pelatihan pilot F-16 di Pangkalan Udara Feteti, kata juru bicara kabinet, Mihai Constantin, kepada wartawan di Bukares.
Sebelumnya, Presiden Rumania Klaus Iohannis mengatakan pada April bahwa Rumania akan mendukung Ukraina, termasuk melalui pelatihan pilot F-16.
Dukungan dari Rumania ini akan diberikan di tingkat NATO dan Uni Eropa.
"Resolusi yang diadopsi dalam waktu singkat itu mencakup persetujuan prosedur hukum dan penyediaan kondisi yang diperlukan, termasuk pendanaan, untuk pelatihan pilot Ukraina yang akan mengoperasikan F-16 di Pangkalan Udara Feteti," kata Constantin seperti dikutip oleh media publikasi Gandul (Thought).
"Sekaligus, Rumania berkontribusi menyediakan keahlian yang diperlukan bagi personel Ukraina dalam pengoperasian, pemeliharaan, dan dukungan pesawat tempur F-16," tambahnya.
Ia mengemukakan bahwa hal tersebut dilakukan sesuai komitmen dalam deklarasi bersama yang ditandatangani dalam KTT NATO di Vilnius oleh menteri pertahanan Rumania, Belgia, Kanada, Denmark, Luksemburg, Norwegia, Belanda, Polandia, Portugal, Swedia, dan Inggris.
Pada awal Oktober, parlemen Rumania, atas inisiatif Presiden Iohannis, menyetujui pembentukan pusat pelatihan untuk marinir Ukraina di negara tersebut.
Dalam surat yang dikirimkan ke parlemen, kepala negara menyatakan bahwa perlu untuk mempercepat dan mendiversifikasi pelatihan bagi personel militer Ukraina.
Diharapkan bahwa warga Ukraina akan dapat memanfaatkan kesempatan ini dalam dua tahun ke depan, tetapi Rumania dapat menghentikan proses pelatihan kapan saja.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia telah memperingatkan tentang aktivitas NATO yang belum pernah terjadi sebelumnya di dekat perbatasan baratnya. NATO terus memperluas inisiatif untuk "menahan agresi Rusia."
Moskow telah berulang kali menyatakan keprihatinannya atas peningkatan kekuatan aliansi di Eropa dan menegaskan bahwa Rusia tidak mengancam siapa pun, tetapi akan merespons tindakan yang berpotensi membahayakan kepentingannya.
Sebelumnya, Rusia mengirim nota kepada NATO terkait pengiriman senjata ke Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa setiap kargo yang berisi senjata untuk Ukraina akan menjadi target sah bagi Rusia.
Rusia telah melakukan operasi militer khusus sejak 24 Februari 2022. Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa operasi tersebut bertujuan untuk "melindungi orang-orang yang menjadi korban genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun."
Menurut Putin, tujuan akhir dari operasi ini adalah membebaskan sepenuhnya Donbas dan menciptakan kondisi yang menjamin keamanan Rusia.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Yunani, Bulgaria, Rumania bangun koridor mobilitas militer
Baca juga: Rumania keluarkan peringatan soal panas ekstrem dan cuaca buruk
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024