BRIN mempunyai open platform infrastruktur yang siap mendukung berbagai riset soal stem cell

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pengembangan pengobatan berbasis sel punca atau stem cell untuk dapat diimplementasikan di Indonesia sebagai metode baru pengobatan di dunia kesehatan.

Dorongan tersebut direpresentasikan oleh BRIN melalui kegiatan seminar “Regenerative Medicine Breakthrough: Pioneering the Path to The Future of Cell and Cell-derived Therapy” pada tanggal 17-18 Oktober 2024 di Jakarta, yang diselenggarakan berkat kolaborasi BRIN dan Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI).

"Tentu BRIN sangat mendukung terhadap kegiatan riset dan apapun yang terkait dengan pengembangan sel punca," kata Kepala Organisasi Riset (OR) Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti di sela-sela gelaran tersebut di Jakarta, Kamis.

Indi mengungkapkan dukungan tersebut bahkan sudah diwujudkan sejak tahun lalu, di mana OR Kesehatan BRIN memiliki peta jalan terkait penelitian regenerative and precision medicine, dengan penelitian sel punca menjadi salah satu fokus utama dalam peta jalan tersebut.

"Kami memprioritaskan stem cell sebagai penelitian penting sejak tahun lalu hingga 2029 mendatang," tambahnya.

Baca juga: Dosen UI raih paten teknologi sel punca Xeno-Free di Inggris
Baca juga: Menguak potensi dan tantangan terapi sel punca

Di samping itu, Indi juga menyatakan pihaknya terbuka terhadap pihak manapun yang ingin bekerja sama dalam melakukan penelitian terkait sel punca.

"BRIN mempunyai open platform infrastruktur yang siap mendukung berbagai riset soal stem cell, juga platform lain seperti pendanaan yang bisa dimanfaatkan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua ASPI Rahyussalim mengatakan pengobatan dengan sel punca merupakan salah satu bentuk pengobatan yang akan marak digunakan di masa depan.

Ia memaparkan pengobatan dengan sel punca mampu menjadi modalitas baru di dunia kesehatan, di mana pengobatan dengan metode tersebut dapat menyelesaikan berbagai penyakit degeneratif (menahun) maupun kongenital, yang pada saat ini tidak mudah untuk diobati dengan metode pengobatan konvensional.

"Makanya, sekarang kita coba curi start, bahwa sebenarnya Indonesia tidak ketinggalan. Kita punya peneliti, praktisi, maupun akademisi yang sudah mulai penelitian, dan bahkan pada beberapa penyakit, kita sampai pada PNPK --Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran-- Kemenkes," ucapnya.

Oleh karenanya, Rahyussalim mengapresiasi upaya BRIN dalam kegiatan kerja sama yang telah berlangsung sejak tiga tahun yang lalu ini.

Ia berharap kerja sama ini bisa menjaring dan mempererat hubungan para praktisi, peneliti, dan regulator untuk menciptakan fondasi yang kokoh menuju masa depan pengobatan di Indonesia.

Baca juga: BRIN gandeng swasta dalam penelitian sel punca untuk terapi stroke
Baca juga: Wamenkes: Potensi sel punca perlu dibarengi protokol keamanan ketat
Baca juga: Transplantasi sel punca darah bebaskan Talasemia Mayor dari transfusi

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024