Haikou (ANTARA) - Akademi Ilmu Pertanian China (Chinese Academy of Agricultural Sciences/CAAS) berencana membangun platform kerja sama dan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pertanian yang berpengaruh di Provinsi Hainan, untuk membantu memastikan ketahanan pangan dengan para mitra global.

Menurut rencana pengembangan inovasi berkualitas tinggi di Hainan, yang dirilis pada Rabu (16/10) oleh CAAS dalam sebuah konferensi di Kota Sanya, Hainan.

CAAS bertujuan mendirikan pusat ilmu pertanian global terkemuka pada 2035, dan mendukung pembangunan serta pengoperasian basis introduksi dan transit global untuk sumber daya plasma nutfah hewan dan tumbuhan, termasuk peningkatan sistem pelabuhan perdagangan bebas di Hainan.

Rencana tersebut mengusulkan pembangunan pusat pertukaran internasional lintas perbatasan di Sanya, yang akan memperkuat kerja sama dan pertukaran internasional dengan negara-negara peserta pembangunan bersama Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) di Asia Tenggara dan kawasan lainnya.

Rencana ini juga akan mendorong kolaborasi dengan organisasi pertanian internasional seperti Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR).

Menurut rencana tersebut, CAAS akan berfokus pada asal-usul dan pusat keanekaragaman tanaman tropis dan subtropis, negara-negara yang kaya akan sumber daya plasma nutfah, serta pusat-pusat penelitian pertanian internasional di sepanjang rute Sabuk dan Jalur Sutra untuk melakukan pertukaran dan penelitian kooperatif tentang sumber daya plasma nutfah.

Presiden CAAS Wu Kongming mengatakan akademi tersebut akan mempromosikan pertukaran dan kerja sama internasional, serta terlibat dalam penelitian kolaboratif seputar isu-isu ilmiah utama, berfokus pada berbagai tantangan bersama global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan ketahanan hayati.

Upaya-upaya akan dilakukan guna membangun platform publik internasional untuk pemuliaan biologi dan platform inovasi teknologi pertanian modern bagi kerja sama internasional.

Di konferensi tersebut, Institut Penelitian Nanfan Nasional CAAS dan Bill & Melinda Gates Foundation meluncurkan sebuah proyek untuk mempromosikan kapasitas kemitraan penelitian China-Afrika.

Proyek itu akan mendukung 10 hingga 20 akademisi muda Afrika untuk menerima pelatihan selama 12 bulan di institut Nanfan untuk meningkatkan kemampuan sistem penelitian pertanian di negara-negara Afrika sub-Sahara.

CAAS juga bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Afrika (African Academy of Sciences/AAS) untuk membentuk Aliansi Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertanian China-Afrika (China-Africa Agricultural Science Technology and Innovation Alliance/CAASTIA), dengan tujuan mempromosikan modernisasi pertanian di Afrika melalui koordinasi pengembangan teknologi dan industri.

Mantan presiden AAS sekaligus penasihat senior CAAS, Felix Dapare Dakora pada konferensi di Sanya mengatakan bahwa pengalaman China dalam memberantas kelaparan dan kemiskinan, terutama melalui kemajuan iptek pertanian, dapat memberikan pilihan yang inspiratif bagi negara-negara Afrika dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Ilmuwan China dan Afrika akan melakukan penelitian bersama mengenai teknologi pertanian yang disesuaikan dengan kondisi lokal untuk meningkatkan produksi pangan dan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Afrika, ujar Dakora, seraya menambahkan bahwa kedua belah pihak akan bersama-sama melatih para ilmuwan dan mahasiswa doktoral muda Afrika di China.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2024