Tanjung Pandan (ANTARA News) - Country Manager EMC Indonesia, Adi Rusli, menilai penetrasi virtualisasi server di Indonesia masih rendah, yakni hanya 20-25 persen.
",...sementara negara lain seperti Singapura atau Australia, penetrasi virtualisasi server ada di level 80-90 persen," ujarnya dalam media gathering di Tanjung Pandan, Babel, Jumat (20/8).
Padahal, menurut dia, virtualisasi server apabila diterapkan dapat memberikan sejumlah manfaat bagi perusahaan di antaranya menghemat biaya pengeluaran perusahaan dan menghemat waktu.
"Semula orang-orang IT yang ingin membangun aplikasi baru harus beli server fisik,... Di samping membutuhkan biaya relatif besar, juga ada waktu yang terbuang," katanya.
Hanya saja, menurut Adi, penerapan virtualisasi server pada perusahaan membutuhkan setidaknya dukungan mesin yang kuat, kapasitas kekuatan mesin dan kesiapan sisi aplikasi, karena tidak semua aplikasi tersedia pada virtual server.
Dia mengungkapkan, para pelaku bisnis sebenarnya telah menyadari manfaat virtualisasi server. Hanya saja, mereka umumnya masih memiliki keengganan untuk berubah dari sistem lama ke virtual.
Ia memperkirakan ke depannya, pemanfaatan virtualisasi server akan melonjak tinggi. Kemudian, virtualisasi yang nantinya diterapkan perusahaan tidak sebatas pada level server, tetapi juga level jaringan dan storage (penyimpanan data).
Virtualisasi server merupakan teknologi yang memungkinkan beberapa sistem operasi server berjalan pada satu mesin fisik yang sama. Teknologi ini merupakan salah satu komponen dalam pengembangan komputasi otonom.(*)
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014