Peran strategis Indonesia dalam mengatasi persaingan di antara kekuatan besar juga tampak dalam KTT G20 di Bali tahun 2023, ketika Indonesia sebagai tuan rumah berhasil mengumpulkan hampir seluruh pemimpin G20 dalam pertemuan yang diwarnai ketegangan geopolitik dengan adanya perang dagang AS-China serta pecahnya perang Rusia dan Ukraina.

Tercapainya G20 Bali Leaders’ Declaration yang merupakan konsensus di antara semua negara G20 kala itu menunjukkan peran penting Indonesia sebagai kekuatan menengah di Asia, tanpa harus memihak siapa pun.

Dalam pembukaan KTT G20, Presiden Jokowi menegaskan upaya Indonesia untuk selalu menjembatani berbagai perbedaan dan bekerja keras guna menghasilkan sesuatu yang konkret dan bermanfaat bagi dunia, khususnya dalam menangani dampak pandemi COVID serta krisis pangan, energi, dan keuangan.


Setelah Jokowi

Analis Lowy Institute, Ben Bland, menyebut Jokowi adalah sosok yang penuh kontradiksi.

Keahlian, kesederhanaan, dan pragmatismenya mungkin dikagumi para pemimpin dunia dalam komitmen mereka terhadap multilateralisme selama dekade terakhir.

Upayanya untuk menempatkan Indonesia di panggung internasional juga perlu diakui, dengan kemampuan ekonomi Indonesia yang mulai dipertimbangkan sejumlah negara maju.

Jokowi bisa disebut “penjaga kepentingan nasional” yang baik, sambil ikut menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang di tengah tatanan politik global yang dipenuhi konflik, krisis, dan perebutan pengaruh seperti saat ini.

Sementara itu, peneliti dan associate lecturer pada School of Political Science and International Studies University of Queensland, Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, mengatakan Indonesia bisa memainkan peran yang lebih besar secara global melalui strategi kebijakan luar negeri yang lebih kreatif.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024