Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andusti mengatakan, upaya pencegahan stunting harus dipandang bukan hanya sebagai masalah kesehatan melainkan juga sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas generasi penerus.

“Pencegahan stunting adalah tanggung jawab kita semua. Dan dengan kerja sama yang baik, kita dapat mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkualitas,” kata Nopian dalam acara “Kelas TPK Hebat Seri IV” secara daring di Jakarta, Rabu.

Dalam beberapa tahun terakhir, ujar Nopian, komitmen dan kerja keras dari berbagai pihak telah ditunjukkan untuk mengatasi masalah ini mulai dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, profesional medis, akademisi, hingga relawan dan keluarga-keluarga di Indonesia.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah usia 5 tahun akibat kurangnya asupan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan.

Periode ini, jelas Nopian, merupakan periode yang sangat kritis karena akan menentukan kualitas kesehatan anak di masa depan dan sekaligus akan menentukan anak-anak tersebut apakah nanti tumbuh kembang secara normal atau sebaliknya.

Baca juga: IPADI: Cegah pertambahan jumlah pernikahan dini kurangi kasus stunting

Ia mengingatkan bahwa anak yang mengalami stunting akan berisiko menghadapi berbagai masalah, baik dalam hal perkembangan kognitif kemampuan belajar hingga produktivitas di usia dewasa.

Pencegahan stunting tidak hanya sebatas memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang baik, tetapi juga melibatkan pengelolaan kesehatan mulai dari calon pengantin, kesehatan ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, pola makan yang bergizi, dan sanitasi yang baik, serta layanan kesehatan yang memadai. Oleh sebab itu, peran keluarga, khususnya ibu dan ayah, menjadi penting dalam pencegahan stunting.

Dalam menjaga kualitas tumbuh kembang anak sejak dini, Nopian mengatakan bahwa peran tim pendamping keluarga (TPK) juga sangat strategis dan berarti. TPK memiliki tugas penting untuk mendampingi keluarga, memberikan edukasi terkait pola asuh dan gizi, serta mendorong akses ke layanan kesehatan yang berkualitas.

“Tim pendamping keluarga adalah mitra utama dalam memastikan pesan dan program pencegahan stunting agar dapat sampai dan diterapkan oleh keluarga-keluarga di seluruh pelosok tanah air,” ujar dia.

Seiring dengan upaya pemangku kepentingan dalam menurunkan angka stunting, Nopian menekankan perlunya sinergi yang kuat di antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat.

Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan momentum penyelenggaraan “Kelas TPK Hebat” sebagai langkah memperkuat komitmen bersama. Sebagai informasi, “Kelas TPK Hebat” merupakan sesi pembekalan bagi TPK dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

Pada seri keempat, TPK diajak untuk mengamati data dan informasi yang tersedia dari permasalahan baduta untuk selanjutnya ditentukan langkah pendampingan dan intervensi yang dilakukan, sehingga dapat mengatasi permasalahan dan mengurangi faktor risiko terjadinya stunting.

Nopian pun mengajak masyarakat untuk terus melanjutkan upaya pencegahan dan penurunan stunting serta mencari solusi inovatif dan terdepan dalam menghadapi stunting. Dengan kesatuan tekad dan kerja keras semua pihak, ia percaya tujuan bersama ini dapat dicapai.

“Semoga semangat positif ini terus berkembang, dan dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat khususnya dalam mencapai target penurunan prevalensi stunting,” kata Nopian.

Baca juga: BRIN kembangkan riset tanaman Lidah Buaya guna cegah stunting

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024