Kenaikan harga minyak dunia akan mendorong kebutuhan dolar AS meningkat."

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore melemah senilai30 poin menjadi Rp11.965 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.935 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Outlook kebijakan moneter AS kembali membayangi kinerja rupiah. AS tadi malam melaporkan penurunan klaim pengangguran dan peningkatan aktivitas sektor manufaktur di negara bagian Philadelphia," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan bahwa hasil pertemuan bank sentral AS (the Federal Reserve/the Fed) membuat investor di pasar uang dalam negeri cemas dengan potensi kenaikan suku bunga Fed yang lebih cepat dari seharusnya menyusul data ekeonomi negeri Paman Sam itu cenderung mengalami perbaikan.

Dari dalam negeri, dinilainya, di satu sisi beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga diperkirakan dapat memperburuk sehingga defisit di neraca perdagangan akan kembali melebar dan berdampak pada neraca transaksi berjalan Indonesia.

Di sisi lain, dikemukakannya, investor juga terlihat berhati-hati menjelang pemilu presiden pada 9 Juli 2016. Situasi politik di Indonesia masih menjadi perhatian pasar dalam menentukan arah investasinya.

Pengamat pasar uang Rully Nova secara terpisah mengemukakan, untuk saat ini rupiah masih akan cenderung melemah karena sentimen global maupun domestik belum mendukung.

"Kenaikan harga minyak dunia akan mendorong kebutuhan dolar AS meningkat," katanya.

Namun, ia menambahkan, Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap berusaha menjaga agar rupiah tidak jatuh lebih dalam.

BI mencatat harga tengah mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.967 dibandigkan posisi sebelumnya Rp11.916 masing-masing per dolar AS. (*)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014