Terlebih, proses pengangkatannya pun tidak sembarangan. Pihaknya mengangkatnya satu per satu sesuai dengan prosedur atau tata cara yang sudah disetujui Dinas Kebudayaan DKI.

PT MRT Jakarta (Perseroda) berencana memindahkan kembali Tugu Jam Thamrin ke lokasi semula, tepatnya di perempatan antara Jalan MH. Thamrin dan Jalan Kebon Sirih pada 2026 sehubungan adanya pembangunan jalur MRT Fase 2A Bundaran HI-Kota.

Selain itu, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Junus Satrio Atmodjo mengatakan rel trem peninggalan Belanda yang ditemukan dalam proyek pembangunan MRT Fase 2A merupakan yang tertua di Indonesia.

Arkeolog yang menjadi konsultan dalam proyek MRT Fase 2A tersebut mengatakan rel kereta pertama dalam sistem perkeretapian di Indonesia itu dibangun pada 1869, yang menghubungkan Kota Semarang dengan Stasiun Tanggung.

Junus menjelaskan meski trem listrik di Jakarta sudah tidak digunakan lagi, rel trem tersebut tidak pernah dihapus dan dihilangkan, tetapi dibenamkan di bawah jalan.

Ia mengatakan sudah memperkirakan akan ditemukan rel trem dalam proyek pembangunan stasiun dan jalur kereta bawah tanah MRT Glodok-Kota.

Sementara, Guru Besar dari Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Cecep Eka Permana mengingatkan PT MRT Jakarta (Perseroda) untuk lebih berhati-hati saat mengeksekusi rute MRT Fase 2A yaitu Bundaran HI-Kota karena di Kota masih banyak kemungkinan temuan arkeologi dari abad ke-16.

Di wilayah Kota, penanganan juga harus penuh kehati-hatian karena struktur wilayah pasti masih ada yang terpendam di dalam tanah sampai kedalaman 5 meter pun masih ada struktur-struktur yang harus diperhatikan.

Selain karena dilalui oleh bangunan bernilai historis tinggi, pengerjaan proyek yang berada di ring satu atau kawasan vital negara ini juga harus memperhatikan perbedaan kontur tanah, terutama di utara Jakarta yang dianggap lebih rentan terjadi penurunan muka tanah.