Meningkatnya harga minyak mentah dikhawatirkan dapat mengganggu perbaikan neraca perdagangan Indonesia.

Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah, Jumat pagi, terdepresiasi terhadap dolar AS sebesar 12 poin menjadi Rp11.947 menyusul kekhawatiran pasar terhadap dampak peningkatan harga minyak mentah dunia akibat meningkatnya kekerasan akibat konflik sekterian di Irak.

Kepala Riset Trus Sekurities, Reza Priyambada, mengatakan, faktor geopolitik masih akan membayangi sentimen pasar keuangan di Asia. Bila kondisi tersebut berlangsung dengan waktu yang lama maka nilai tukar rupiah akan kembali masuk ke dalam tren pelemahan.

"Meningkatnya harga minyak mentah dikhawatirkan dapat mengganggu perbaikan neraca perdagangan Indonesia," tambahnya.

Meskipun demikian, lanjut dia, sentimen dari hasil pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) yang mempertahankan suku bunga rendah di level 0,25 persen diharapkan membuat tekanan rupiah terbatas.

"Dengan tetap bertahannya tingkat suku bunga Fed dalam beberapa periode ke depan akan memberikan peluang bagi aset di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang memiliki imbal hasil tinggi kembali dilirik investor," katanya.

Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang dapat memanfaatkan kondisi itu untuk kembali masuk ke mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

(KR-ZMF)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014