Medan (ANTARA News) - Calon wakil presiden Hatta Rajasa menjelaskan maksud kebocoran sebesar Rp1.000 triliun yang disebutkan calon presiden Prabowo Subianto tidak berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
"Tidak ada kebocoran APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)," katanya seusai Dialog Kebangsaan bersama Laskar HT di Medan, Kamis malam.
Menurut Hatta, pihaknya telah berkali-kali menjelaskan bahwa Rp1.000 triliun yang disebutkan Prabowo bukan berarti ada kebocoran APBN.
"APBN-nya saja Rp1.800 triliun," kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian tersebut.
Ia menjelaskan, kebocoran yang dimaksud Prabowo adalah kerugian yang potensial muncul apabila bangsa Indonesia tidak mampu mengelola sumber daya alam terbarukan dan tidak terbarukan dengan manajemen yang baik.
Jika tidak disertai dengan aspek manajemen yang baik, maka akan ada kehilangan potensi yang seharusnya didapatkan negara dari pemanfaatan berbagai sumber daya alam itu.
"Contohnya banyak mineral kita yang diambil tetapi belum bayar pajak, royaltinya rendah, tidak direnegosiasi, dan tidak diawasi," katanya.
Hatta Rajasa juga mencontohkan penjualan gas Tangguh dengan harga yang dinilai sangat murah sebagai bentuk lain dari kebocoran pendapatan negara.
"Padahal harganya sekarang mahal sekali. Apabila tidak kita renegosiasi, kita kehilangan pendapatan. Itu yang dimaksud," kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.
Pemilu Presiden 9 Juli diikuti dua pasangan calon yakni Prabowo-Hatta (nomor urut 1) yang didukung Partai Gerindra, Partai Golkar, PPP, PKS, PBB, dan PAN. Kandidiat lain, Jokowi-JK (nomor urut2 ) didukung PDI Perjuangan, PKB, Partai NasDem, Partai Hanura dan PKPI.
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
1. Kebocoran anggaran berdasarkan studi dari Prof. Sumitro Djojohadikusumo adalah 30% (tidak terbantahkan sampai saat ini), berupa: Korupsi, Penurunan Kualitas Proyek dari Spesifikasi, Proyek FIKTIF, Inefisiensi Anggaran = 30% x Rp. 1.800 T = Rp. 540 T.
2. Subsidi BBM yang SALAH SASARAN (Real bukan POTENSI, jika mau hitung POTENSI berupa kemacetan di jalan raya sehingga penggunaan BBM menjadi BOROS per jarak km yang ditempuh, penundaan perjalanan—waktu yang hilang, dll) adalah: Rp. 300 T.
3. Penerimaan PAJAK yang tidak optimal: Rp. 160T
4. Total Kebocoran Real (BUKAN POTENSIAL) = Rp. 1.000T
Tidak usah berkelit dan mencari-cari alasan, malahan akan ketahuan TIDAK MENGUASAI MASALAH.
Jika mau bicara tentang POTENSIAL, seperti: Inefisiensi Manajemen, Produktivitas dan Kualitas Rendah, Pricing Policy MIGAS yang salah, potensi keuntungan SDA (sumber daya alam) yang dikelola perusahaan asing, illegal fishing, illegal logging, penyelundupan, dll; perkiraan saya secara moderate saja BISA Rp. 20.000T. Salam SUCCESS.
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2014/06/19/potensi-gdp-indonesia-2013-yang-hilang-rp-84046-t-karena-gap-produktivitas-dengan-malaysia-659458.html