Jakarta (ANTARA News) - PT Indosat Tbk menawarkan kemungkinan pembagian kanal atau frekuensi dengan PT Bakrie Telecom (Btel) jika proses integrasi sistem melalui konsep Mobile Virtual Network Operation (MVNO) belum juga rampung. "Bisa saja dilakukan pembagian kanal, sehingga kesulitan dalam integrasi jaringan dapat diselesaikan," kata SVP Integrated Marketing & Loyalty Indosat, Guntur Siboro, di Jakarta, Minggu. Menurut Guntur, jika pembagian frekuensi yang dijalankan tantangannya hanya pada berapa besar kanal yang akan dibagi dan kompensasi bisnis. Kerjasama MVNO antar kedua operator telepon tetap nirkabel itu merupakan solusi yang diambil setelah pemerintah membenahi spektrum frekuensi pada 1.900 MHz untuk pergelaran layanan seluler generasi ketiga (3G). Dengan kerjasama itu, layanan StarOne milik Indosat semestinya bisa berbagi pakai frekuensi 800 MHz yang ditempati layanan Esia (Btel) untuk wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Sebaliknya, Btel juga semestinya bisa menggelar layanan dengan cakupan nasional, sesuai lisensi yang dimiliki Indosat StarOne. Kedua pihak, baik Indosat dan Btel mengakui, belum rampungnya konsep MVNO terkait teknis, dan sisi bisnis yang akan diambil. "Pembagian frekuensi meniru pola kerjasama Telkom dan Mobile-8. Namun, jika tetap MVNO sebaiknya dengan satu sistem saja, masalahnya siapa yang akan mau mengalah membiarkan infrastrukturnya menganggur," kata Guntur. Menurutnya, bagi Indosat kerja sama dengan Btel harus cepat direalisasikan karena menyangkut eksistensi dari keberadaan Fixed Wireless Acsess (FWA) StarOne di Jakarta. Karena pertumbuhan StarOne saat ini di Jakarta sangat lambat diakibatkan tidak adanya pembangunan infrastruktur oleh Indosat. Menanggapi hal itu, Direktur Corporate Services Bakrie Telecom Rakmat Junaedi mengatakan, solusi pembagian kanal antar keduanya belum perlu dijadikan sebagai alternatif. "Uji interoperabilitas (IOT) masih tetap bisa dilaksanakan. Kalau perlu kita tes laboratorium di China kalau takut mengganggu operasional di sini," kata Rakhmat. Menurut Rakhmat, bila solusi pembagian frekuensi yang dipilih, akan sangat menyulitkan pengembangan layanan Btel dikemudian harinya. "Mau berapa besar yang dibagi? Kita cuma punya 10 kanal frekuensi, itu bisa nyenggol sana-sini. Teruskan saja yang MVNO dulu," ujarnya. Rakhmat juga berharap pemerintah tetap menjunjung azas equal treatment dalam masalah ini dan perjanjian resiprokal yang telah disepakati antar kedua operator tersebut agar tetap dihormati. Sementara itu, anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Heri Sutadi mengatakan, kerjasama antar kedua operator itu bersifat business to business (B to B). "Jika memang salah satu pihak merasa tidak happy dengan kondisi sekarang, sebaiknya sampaikan saja kepada regulator agar dapat diambil sebuah keputusan," ujarnya. Guntur sendiri mengharapkan, seandainya pembagian kanal yang disepakati sebagai jalan keluar, Indosat bisa mendapatkan 3 kanal atau setara dengan 5 Mhz. Hal ini berkaitan dengan telah digelarnya layanan data Evolution Data Optimized (EVDO) yang memerlukan kanal sebesar 5Mhz. "Minimal untuk layanan data itu memerlukan dua kanal, sedangkan untuk basic telephony (telepon dasar) sebesar 1,25 MHz saja sudah cukup," ujar Guntur.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006