New York (ANTARA News) - Harga minyak global bervariasi pada Rabu (Kamis pagi WIB) dengan patokan utama AS jatuh menyusul laporan persediaan energi Amerika, sementara kontrak utama Eropa naik dalam menanggapi meningkatnya kekerasan di Irak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, turun 39 sen menjadi ditutup pada 105,97 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP dan Xinhua.
Namun minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, yang diperdagangkan di London, naik 81 sen menjadi menetap di 114,26 dolar AS per barel.
Perdagangan pada Rabu mirip dengan Selasa, ketika WTI jatuh menjelang laporan pasokan AS, tetapi Brent naik karena kekerasan melanda Irak.
Harga minyak AS turun setelah sebuah laporan pemerintah menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak minyak mentah AS naik pada pekan lalu.
Untuk pekan yang berakhir 13 Juni, stok di Cushing, naik 0,2 juta barel menjadi 21,4 juta barel, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).
Stok minyak mentah komersial di konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu menurun 0,6 juta barel -- kurang dari penurunan 1,1 juta rata-rata yang diproyeksikan oleh para analis disurvei oleh The Wall Street Journal -- menjadi 386,3 juta barel pada pekan lalu.
Produksi minyak mentah AS meningkat 17.000 barel per hari menjadi 8,477 juta barel. Laporan persediaan AS juga menunjukkan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan bensin AS.
Laporan "menunjukkan pasar AS terus menderita dari gambaran fundamental yang lemah," kata Gene McGillian, broker dan analis di Tradition Energy.
Tetapi McGillian mencatat bahwa penurunan harga WTI hanya moderat mencerminkan pasar minyak AS juga khawatir tentang Irak, meskipun minyak AS akan kurang dipengaruhi secara langsung oleh gangguan pasokan Irak daripada pasar Eropa.
"Selama ada ancaman kita bisa memiliki krisis regional di Irak atau masalah di Ukraina -- Saya hanya tidak melihat pasar menderita kemunduran," kata dia.
Risiko geopolitik di Irak terus mendukung pasar minyak mentah, terutama minyak Brent.
Kelompok gerilyawan menyerang kilang Baiji di Irak utara, kilang terbesar di wilayah utara negara itu. Sebuah tangki bahan bakar di kilang Baiji terbakar.
Pemerintah pusat mengatakan, pasukan elit masih mengendalikan Baiji. Pasar khawatir bahwa pengambilalihan Baiji oleh militan bisa mengganggu pasokan bahan bakar dalam negeri.
Pada Rabu, Menteri Luar Negeri Irak mengatakan Irak telah secara resmi meminta AS untuk melakukan serangan udara terhadap para pemberontak.
Para analis mengatakan pengambilalihan Baiji oleh pemberontak bisa menekan pasokan bahan bakar domestik di Irak utara.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014