Fenomena ini terjadi setelah periode dormansi yang panjang dan menandai salah satu dari momen dalam tahun ini ketika bunga langka ini mekar
Surabaya (ANTARA) - Kebun Raya Purwodadi mengumumkan momen langka dan istimewa yakni mekarnya pertama kali bunga Amorphophallus titanum atau yang lebih dikenal dengan nama Bunga Bangkai.

“Fenomena ini terjadi setelah periode dormansi yang panjang dan menandai salah satu dari momen dalam tahun ini ketika bunga langka ini mekar,” kata General Manager Kebun Raya Purwodadi Galendra Jaya di Surabaya, Jawa Timur, Senin.

Amorphophallus titanum terutama ditemukan di hutan hujan Sumatera dan dikenal dengan aroma kuat dan menyengat yang dihasilkannya saat mekar yakni mirip dengan bau daging yang membusuk karena berfungsi menarik penyerbuk seperti lalat dan kumbang pemakan bangkai.

Setelah penyerbukan terjadi, bunga tersebut akan mulai layu dan proses siklus hidup tanaman berlanjut ke pertumbuhan daun besar yang akan mengumpulkan energi untuk fase mekarnya berikutnya.

Baca juga: Indukan bunga bangkai mekar ketujuh kali di Kebun Raya Cibodas

Di Kebun Raya Purwodadi, bunga bangkai sudah terlihat kemunculan perbungaannya sejak awal Oktober 2024 dengan bobot umbinya mencapai 8 kilogram.

Inisiasi pembukaan mekar kelopak sudah terlihat sejak Minggu (13/10) pukul 10:00 WIB dan masih terdapat 12 bunga bangkai lain yang menyusul untuk berbunga.

Meski berada di dataran rendah yang kering, tim Kebun Raya Purwodadi telah melakukan berbagai upaya dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman termasuk teknik pengairan dan pemupukan yang optimal serta teknik penyesuaian micro climate yang tepat.

Kebun Raya Purwodadi pun mengundang pecinta tanaman maupun masyarakat untuk menyaksikan mekarnya Amorphophallus titanum.

“Kami menyarankan agar pengunjung datang segera karena periode mekar bunga ini sangat singkat, hanya berlangsung beberapa hari,” ujarnya.

Baca juga: BRIN berikan akses pengunjung melihat dari dekat bunga bangkai
Baca juga: Dua Rafflesia Arnoldi bakal mekar dalam 2-3 minggu ke depan di CA Agam

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024