Urumqi (ANTARA) - Mayoritas organisasi media di seluruh dunia berpandangan optimistis terhadap kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif meskipun terdapat kontroversi dan kekhawatiran yang ditimbulkannya, demikian menurut survei terbaru oleh wadah pemikir (think tank) di bawah naungan Kantor Berita Xinhua.

Survei tersebut merupakan bagian dari laporan "Tanggung Jawab dan Misi Media Berita di Era AI" (Responsibility and Mission of News Media in AI Era), yang dirilis pada Senin (14/10) dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Media Dunia (World Media Summit/WMS) keenam di Urumqi, ibu kota Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut.

Menurut temuan survei itu, 66 persen responden menyatakan pandangan positif terhadap AI generatif, dengan 20,3 persen sangat setuju dan 45,7 persen cukup setuju bahwa peluang yang diciptakan oleh AI generatif lebih besar daripada tantangannya.

Namun, ada sebagian kecil responden, yakni 2,8 persen tidak setuju dan 1,6 persen sangat tidak setuju, yang menyuarakan skeptisisme, sementara 29,6 persen masih tidak yakin tentang apakah keuntungan AI generatif lebih besar ketimbang kerugiannya.

Survei tersebut mengungkapkan bahwa lebih dari separuh dari semua organisasi media telah mengintegrasikan AI generatif ke dalam operasional mereka.

Penerapan terbanyak yang sedang dieksplorasi mencakup penggunaan AI generatif untuk membantu tugas pengeditan, pembuatan konten, dan perencanaan topik atau penyusunan kerangka berita.

Di kalangan media yang masih ragu untuk menerapkan penuh teknologi itu, kekhawatiran utamanya adalah akurasi dan reliabilitas konten AI, tantangan kolaborasi manusia-mesin, serta tingginya biaya investasi dalam teknologi tersebut.

Survei ini mencakup organisasi media dari 53 negara dan kawasan, dan dilakukan menggunakan bahasa Mandarin, Inggris, dan Prancis.

Survei ini melibatkan surat kabar, stasiun penyiaran, kantor berita, situs web, dan penyedia layanan seluler. Sebanyak 1.207 kuesioner dikumpulkan, dengan 1.094 respons yang valid.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2024