Bahkan, ada partai baru sekalipun yang dirancang ownership-nya tunggal. Jadi kapan saja mau ganti pengurus atau memecat orang mudah. Ada partai berpuluh tahun ikut Pemilu, Musda dan Muscab tidak dilakukan. Ini menggambarkan cara pandang pengelolaan p
Surabaya (ANTARA) - Politikus Anas Urbaningrum menilai telah terjadi kejumbuhan atau overlap antara aktor-aktor politik dan aktor-aktor ekonomi dalam kehidupan partai politik.

"Ada realitas lain bahwa aktor-aktor politik makin jumbuh dengan aktor-aktor ekonomi. Tanpa riset pun dengan kacamata terbuka komposisi anggota DPR, DPRD provinsi dan kabupaten/kota mengalami kejumbuhan," kata Anas dalam diskusi di Fisip Unair, Surabaya, Senin.

Dalam diskusi yang dimoderatori dosen setempat, Hari Fitrianto, dia menjelaskan gejala kejumbuhan atau overlap antara kamar politik dan kamar ekonomi makin kuat sehingga muncul tumbuhnya kekuatan oligarki.

"Dulu, pada era Orba oleh Pak Harto kamarnya dipisah. Pak Harto bisa mengontrol, sekarang Ketika tidak ada kuasa tunggal maka partai-partai kecenderungannya berfungsi sebagai event organizer kepentingan ekonomi," katanya.

Baca juga: Anas Urbaningrum: dunia pendidikan turbin penggerak peradaban

Kalau partai jadi event organizer ekonomi, ujar dia, maka cita-cita yang dirumuskan oleh reformasi 1999 makin menjauh.

"Ownership atau kepemilikan partai kemudian bukan semakin modern. Yang modern seperti perusahaan, saham dimiliki publik. Sekarang partai cenderung bukan CV atau perseroan terbatas (PT), tetapi mendekati toko kelontong," katanya.

Dia mengharapkan kalangan kampus mesti mencermati bahwa dulu ada realitas kompetisi berbasis ideologi.

"Dulu, realitas politik digerakkan sistem ideologi partai. Kalau polarisasi berbasis ideologi tetapi sistemmya presidensial apakah melahirkan instabilitas politik," katanya.

Dia mengatakan pragmatisme politik partai lebih berbahaya daripada pragmatisme ideologi negara karena ideologi negara sudah selesai.

"Bahkan ada partai baru sekalipun yang dirancang ownership-nya tunggal. Jadi kapan saja mau ganti pengurus atau memecat orang mudah. Ada partai berpuluh tahun ikut Pemilu, Musda dan Muscab tidak dilakukan. Ini menggambarkan cara pandang pengelolaan partai. Bagi pembelajar ini bagus bahan penelitian jadi banyak sekali tetapi dalam membangun konteks politik demokratis maka masih jauh," katanya.

Baca juga: Anas Urbaningrum ingatkan di kompetisi politik harus bersikap kesatria

Sekurang-kurang 10 tahun terakhir, ujar dia, membangun parpol yang bagus tidak dianggap penting.

"Demokrasi kalau dianggap perkakas yang penting tujuan tercapai. Kalau dianggap prinsip dasar maka perlu ada yang didata. Tata ulang UU parpol secara mendasar. Saya pesimis selama mainstraim-nya seperti sekarang," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Anas mengatakan semua organisasi dalam pembangunan sistemnya harus bisa mentradisikan kompetisi konflik dan konsensus.

"Kalau tidak dilatih secara internal yang diatur berdasarkan tata kompetisi internal maka tidak ada soft sklii dalam mengelola partai. Orang yang tidak biasa berdebat dalam diskusi maka pasti mutungan (mudah putus asa) karena menganggap pandangan tang beda bukan lawan berfikir tetapi musuh," katanya.

Kalau dalam internal partai tidak dibiasakan berkompetisi, ujar dia, maka tidak akan tumbuh leadership politik yang salah satunya ketrampilan politik.

"Tugas leader menjahit berbagai fikiran dan agenda agar terinstitusionalisasi sebagai agenda organisasi," kata ketua umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) tersebut.

Dia mengatakan menjadi aktifis politik mesti sungguh-sungguh, berani dan siap capek, kalau tidak siap maka tidak akan terurus barang tersebut sehingga akan keropos dan ringkih.

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2024