Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank Jakarta melanjutkan pelemahannya dan mendekati 12.000 per dolar AS.
Pada Rabu sore rupiah berada pada 11.988 per dolar, terkoreksi 96 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya 11.892 per dolar AS.
Dalam perdagangan hari ini rupiah sempat tertekan menyentuh level 12.015 per dolar AS.
"Dolar AS masih mempertahankan penguatannya terhadap mata uang rupiah menyusul tingkat inflasi Amerika Serikat yang naik sehingga memberi ekspektasi kepada pelaku pasar uang bahwa bank sentral AS (the Fed) akan mengeluarkan kebijakan untuk menaikan suku bunganya," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir.
Ia menambahkan bahwa hal itu membuat investor waspada menjelang publikasi hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis pekan ini waktu setempat.
"The Fed juga diprediksi akan kembali melanjutkan kebijakan pengurangan stimulus keuangan (tapering)," katanya.
Menurut Zulfirman Basir, memburuknya situasi di Irak dan Ukraina telah meningkatkan risiko geo-politik dunia sehingga turut memberikan sentimen negatif untuk rupiah.
"Konflik di Irak akan mendorong harga minyak dunia naik, sementara di Ukraina akan mendorong harga gas juga naik. Kondisi itu membuat investor di dalam negeri cemas dengan beban subsidi bahan bakar minyak yang akan menggerogoti kesehatan anggaran pemerintah Indonesia dan memperbesar defisit neraca transaksi berjalan Indonesia," katanya.
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah hari ini berada pada 11.978 per dolar AS, juga lebih lemah dibanding sebelumnya 11.863 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014