Jakarta (ANTARA) -
Dalam ajaran Islam, rezeki merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap makhluk. Namun, tidak semua bentuk rezeki dianggap baik dan benar, terutama jika diperoleh dari cara-cara yang tidak halal.

Menurut ajaran Islam, memakan rezeki yang tidak halal membawa dampak negatif, baik di dunia maupun akhirat.
 
Dalam Islam menyatakan bahwa rezeki yang didapat dari cara yang tidak halal, seperti korupsi, pencurian, dan penipuan, dapat menghilangkan keberkahan.

Keberkahan, tidak hanya terletak pada jumlah, tetapi juga pada bagaimana harta tersebut mendatangkan ketenangan dan kesejahteraan dalam kehidupan. Rezeki yang diperoleh dengan cara yang salah akan berdampak buruk, baik secara spiritual maupun fisik.
 
Selain hilangnya keberkahan, makan rezeki tidak halal juga diyakini dapat merusak hubungan seorang hamba dengan Allah SWT. Doa orang yang makan dari hasil yang tidak halal dikhawatirkan tidak akan dikabulkan. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan,
 
“Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman apa yang Dia perintahkan kepada para rasul-Nya. Maka Allah berfirman: (Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh) (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah juga berfirman: (Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami rezekikan kepada kalian) (QS. Al-Baqarah: 172).”
 
Tak hanya dampak spiritual, dampak sosial dari makan rezeki tidak halal juga tidak dapat diabaikan. Masyarakat yang terbiasa dengan praktik-praktik seperti ini berpotensi membentuk budaya yang rusak, di mana nilai-nilai kejujuran dan keadilan diabaikan. Akibatnya, ketidakadilan dan kemiskinan bisa semakin meluas.
 
Kendati demikian, berikut ini merupakan dampak negatif yang timbul apabila seseorang memperoleh atau mengonsumsi uang dari sumber yang tidak halal, yaitu:

Dampak negatif memakan harta haram
 
1. Tidak mendapat keberkahan
 
Tidak ada keberkahan dalam agama bagi mereka yang mendapatkan harta dari jalan yang haram. Rasulullah SAW menegaskan bahwa siapa pun yang memperoleh kekayaannya dengan cara yang tidak benar, hatinya akan menjadi keras dan buta dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
 
Rosulullah SAW bersabda: “Wahai ali orang mukmin akan selalu bertambah (kuat) agamanya selama ia tidak memakan yang haram. Dan barangsiapa meninggalkan (menjauhi) ulama, maka hatinya akan mati, dan buta dalam melaksanakan taat kepada Allah. ”
 
2. Membuat Allah SWT murka
 
Harta yang diperoleh dari sumber haram dapat mendatangkan murka Allah SWT. Rasulullah SAW pernah memperingatkan hal ini kepada keponakannya, Ali bin Abi Thalib.
 
Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Ali, jika Allah marah kepada seseorang maka Allah akan memberinya rezeki yang haram. Dan ketika Allah semakin marah kepada seseorang hamba maka Allah akan mewakilkan (memberi kuasa) kepada setan untuk menambah rezekinya dan menemaninya, menyibukannya dengan dunia serta melupakan agama. Memudahkan urusan dunianya dan setan berkata (menggoda dengan kalimat): Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
 
3. Tidak terkabul nya doa
 
Harta yang tidak halal atau yang dapat dari hal yang hatam, dapat menjadi penghambat terkabulnya doa. Salah satu penyebab doa tidak diijabah adalah karena seseorang pernah mengonsumsi makanan, minuman, atau menggunakan sesuatu yang berasal dari harta haram.
 
Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim, no. 1015)
 
4. Harta yang haram dapat menjadi penyebab kebangkrutan di hari kiamat
 
Suatu hari, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, "Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?" Para sahabat pun menjawab, "Menurut kami, orang yang bangkrut adalah mereka yang tidak lagi memiliki uang atau barang."
 
Rasulullah kemudian menjelaskan lebih lanjut dengan bersabda: Sesungguhnya orang yang benar-benar pailit dari umatku ialah orang yang kelak pada hari kiamat datang dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat. Akan tetapi ia datang dalam keadaan telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta ini, menumpahkan darah ini. Sehingga ini diberi tebusan dari pahala amal baiknya, dan inipun diberi tebusan dari pahala amal baiknya. Selanjutnya bila pahala kebaikannya telah sirna padahal tanggungan dosanya belum lunas tertebus, maka diambilkan dari dosa kejelekan mereka, lalu dicampakkan kepadanya, dan akhirnya ia diceburkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
 
5. Tubuh dari harta haram terancam api Neraka
 
Rasulullah SAW menegaskan bahwa setiap daging tubuh yang tumbuh dari sesuatu yang haram, baik dari makanan maupun harta yang diperoleh dengan cara tidak halal, akan menjadi penyebab seseorang tersentuh api neraka. Ini menunjukkan bahwa makanan dan harta yang dikonsumsi secara tidak sah tidak hanya merusak kehidupan di dunia, tetapi juga membawa dampak buruk di akhirat.
 
Rosulullah SAW bersabda: “Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
 
Selain itu, dari sisi psikologi, mengonsumsi rezeki yang tidak halal dapat menimbulkan kegelisahan dan ketidaktenangan. Orang yang memperoleh rezeki dari cara yang tidak sah sering merasa takut terbongkar dan dibayangi rasa bersalah, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.
 
Oleh karena itu, Islam mengajarkan pentingnya mencari rezeki yang halal dan thayyib (baik). Mencari rezeki yang halal merupakan salah satu bentuk ibadah, dan dengan rezeki yang halal, seorang muslim dapat mencapai kehidupan yang penuh berkah, tenang, dan bahagia.
 
Wallahu a'lam bi sawab
 
 
Baca juga: Surat Al-Waqiah, dari memudahkan rezeki hingga buat wajah bersinar

Baca juga: Apakah bersedekah melancarkan rezeki? Ini penjelasannya

Baca juga: Doa pembuka rezeki dalam Islam, panduan meningkatkan keberkahan hidup
 

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024