Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan masih akan melanjutkan trend "bullish" (menguat).
Analis Riset PT Reliance Sekuritas, Muhammad Karim, kepada ANTARA, akhir pekan, mengatakan bahwa pasar pekan depan masih akan melanjutkan trend "bullish" mengikuti kecenderungan di bursa Wall Street yang baru saja mencapai pada puncak penguatannya.
Karim mengatakan bahwa kenaikan harga saham di Wall Street ini dipicu oleh sinyal bank sentral AS (The Federal Reserve) yang akan menurunkan suku bunganya.
Menurut dia, dengan stabilnya harga minyak mentah dan membaiknya data perekonomian AS, yakni meningkatnya penjualan ritel dan turunnya pengangguran, telah memberikan harapan kepada bank sentral AS untuk menurunkan suku bunganya pada pertemuan mendatang.
Karim juga menambahkan bahwa korelasi antara WWall Street di New York dengan BEJ sebesar 1,8, sedangkan korelasi antara bursa Nikkei Tokyo dengan BEJ sebesar 0,8.
Sementara itu, broker saham PT Valbury Asia Securites, Kasum, mengemukakan bahwa pergerakan saham akan ditentukan oleh situasi eksternal, yakni kondisi di Wall Street dan bursa regional, serta harga minyak.
Menurut Kasum, nilai transaksi pekan depan akan mengalami penurunan dengan semakin dekatnya hari Lebaran. "Secara historikal mendekati Lebaran biasanya semakin turun," katanya.
Pada pekan depan saham yang berpotensi naik, lanjut Karim, adalah saham yang sensitif terhadap suku bunga, terutama saham-saham lapis kedua yang masih memiliki ruang cukup lebar.
Pergerakan indeks selama sepekan lalu ditutup naik 15,014 poin berada di level 1.549,629 berada pada titik tertinggi sejak 11 Mei 2006 dibanding pada penutupan pekan sebelumnya di 1.534,615.
Kenaikan ini dipicu oleh harapan berlanjutnya penurunan BI-rate setelah tingkat inflasi September masih rendah, yakni 0,38 persen.
Pasar saham juga didorong oleh faktor eksternal, yakni menguatnya Bursa Wall Stret, di mana indeks Dow Jones berada pada level tertinggi sepanjang masa.
Walaupun sempat ada tekanan sentimen negatif dari uji coba nuklir Korea Utara, IHSG kembali naik setelah BI menurunkan BI-rate 50 basis poin menjadi 10,75 persen, sentimen juga diperkuat oleh pernyataan Gubernur BI yang menyatakan pemerintah Indonesia akan melunasi utangnya di IMF.
Kenaikan indeks pada pekan lalu lebih didorong oleh saham yang sensitif terhadap suku bunga, di antaranya sektor perbankan, otomotif, kontruksi dan infrastruktur serta konsumer. (*)
Copyright © ANTARA 2006