Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan mengembangkan program Desa Pangan Aman dengan berfokus pada pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal guna mengatasi tiga masalah gizi di Indonesia.
Kepala BPOM, Taruna Ikrardalam siaran di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa ketiga masalah tersebut adalah kekurangan gizi, kekurangan mikronutrien serta kelebihan gizi.
Hal tersebut, kata Taruna, terlihat dari angka stunting yang masih 21,7 persen dan angka kematian akibat penyakit non-infeksius sebesar 73 persen.
Baca juga: BBPOM Denpasar edukasi cegah stunting lewat Desa Pangan Aman
"Kemudian, kekurangan gizi yang bermanifestasi mikronutrien ini juga bisa diantisipasi lewat edukasi, lewat pembinaan, lewat program-program yang tertata dengan berbasis bahan pangan lokal," ujarnya.
Dia berharap bahwa program pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal yang diluncurkan di Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta tersebut, dapat diaplikasikan secara nasional agar semua dapat merasakan manfaatnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemberian makanan tambahan merupakan upaya untuk mengatasi masalah gizi pada balita dan ibu hamil.
Menurut Budi, isu tersebut perlu diprioritaskan, karena balita dan ibu hamil punya hidup yang lebih panjang.
"PMT itu sangat penting, karena ini adalah obat utama bagi ibu hamil atau ibu bermasalah gizi, penyakit gizi, dan balita penyakit gizi di levelnya underweight, weight falter, sama wasting," kata Budi.
Dia menambahkan stunting adalah tahapan penyakit gizi yang paling parah, dan kondisi tersebut ada, karena masalah gizi yang dibiarkan berlama-lama tanpa diobati.
Baca juga: BPOM Bengkulu intervensi program desa pangan aman di Rejang Lebong
Baca juga: Kemenkes: Intervensi PMT harus tepat sasaran untuk cegah stunting
Dia mengingatkan agar tidak menunggu hingga stunting untuk penanganan, karena pada tahap itu sudah telat.
Dia menilai memeriksa kecukupan gizi cukup mudah. Untuk ibu hamil, dengan mengukur lingkar lengan atas, sedangkan pada bayi, panjangnya yang diukur, kemudian tinggi dan beratnya perlu dipastikan sesuai dengan kurva yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Budi mengingatkan bagi para kepala desa untuk memastikan kecukupan nutrisi bagi ibu-ibu dan balita yang kurang gizi.
"Kalau cukup, mereka sehat, mereka pintar, nanti pada saat usia kerja mereka produktif, pendapatannya tinggi, sehingga Indonesia bisa didukung, produk domestik bruto atau GDP-nya naik gara-gara pendapatan mereka tinggi-tinggi semua," ucapnya.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024