Koordinator Observatorium Nasional Timau BRIN Abdul Rachman mengatakan, satelit sebagai benda buatan manusia penting untuk diamati karena berkaitan dengan isu sampah antariksa yang menjadi isu internasional dan dibahas PBB setiap tahunnya.
Baca juga: Peneliti: Observatorium Timau bisa mengamati planet di luar tata surya
Lebih lanjut, ia menjelaskan BRIN selama ini mengamati satelit dengan teleskop-teleskop berukuran relatif kecil, yang terbesar berdiameter cermin 50 centimeter.
Menurut dia, pengamatan satelit perlu dilakukan untuk membantu jika terjadi masalah pada satelit aktif beroperasi, yang menyebabkan tidak bisa berkomunikasi dengan stasiun pengendali di bumi, termasuk ketika terjadi peristiwa tidak terduga.
Baca juga: BRIN buka kolaborasi global amati antariksa lewat Observatorium Timau
"Teleskop astronomi untuk pengamatan satelit perlu memiliki slewing rate atau kecepatan bergerak yang cukup tinggi. Hal ini karena satelit dan sampahnya tergolong objek bergerak cepat yang kecepatan geraknya di langit bisa berkali-kali lipat dari gerak bintang," katanya.
Baca juga: BRIN: Observatorium Timau tingkatkan daya saing astronomi Indonesia
“Satelit yang berputar (tumbling) umumnya terjadi pada satelit-satelit yang sudah berakhir masa operasinya sehingga menjadi sampah. Karakteristik sikap ini mencakup arah sumbu rotasi dan lajunya. Informasi ini dibutuhkan dalam upaya mitigasi dampak sampah antariksa,” kata Abdul.
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024