Nicosia (ANTARA) - Para pemimpin sembilan negara Mediterania yang menjadi anggota Uni Eropa (UE) atau Med9 pada Jumat (11/10) menyerukan gencatan senjata segera di Timur Tengah dan mendesak dimulainya kembali upaya diplomatik untuk mengatasi konflik yang masih berlangsung di kawasan itu.

Pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Med9 ke-11, yang diselenggarakan di Kota Paphos, Siprus barat, para pemimpin kesembilan negara itu menyebut dalam sebuah deklarasi bahwa situasi yang sedang terjadi di Timur Tengah saat ini sangat mengkhawatirkan, menuntut gencatan senjata segera, dan penyediaan bantuan kemanusiaan ke Lebanon secepatnya.

"Kami mendesak semua pihak untuk menahan diri dan terlibat dalam upaya mediasi untuk meredam ketegangan," ujar para pemimpin Med9 dalam pernyataan mereka di penghujung pertemuan yang berlangsung seharian itu.

Med9 juga menegaskan kembali dukungannya terhadap semua resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait Timur Tengah dan berjanji untuk bekerja sama dalam memengaruhi kebijakan UE yang lebih luas terkait isu-isu Timur Tengah.

Deklarasi itu menyebutkan bahwa dengan latar situasi konflik yang meningkat di Timur Tengah, perang Rusia-Ukraina, serta tekanan politik, ekonomi, dan sosial yang terus berlanjut, format koordinasi regional ini menjadi sangat penting dalam membentuk respons Eropa terhadap tantangan-tantangan bersama.

Siprus, yang saat ini memegang posisi sebagai presiden Med9, menjadi tuan rumah KTT tersebut, yang dihadiri oleh para kepala negara atau pemerintahan dari Prancis, Yunani, Italia, Kroasia, Malta, Slovenia, dan Spanyol, sementara Portugal diwakili oleh menteri luar negerinya. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga turut hadir dalam KTT tersebut.

Selain para pemimpin UE, Raja Abdullah II dari Yordania juga berpartisipasi dalam sebuah pertemuan paralel untuk membahas isu-isu regional. Peran Yordania dalam penanganan konflik Timur Tengah dianggap sangat penting.

Raja Yordania bergabung dengan Presiden Siprus Nikos Christodoulides, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan Ursula von der Leyen dalam pertemuan yang berfokus pada penanganan "peningkatan arus migrasi" yang berdampak pada negara-negara Mediterania.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan selepas pertemuan tersebut menyatakan bahwa para pemimpin telah mendiskusikan cara-cara untuk mendukung kepulangan kembali warga Suriah ke tanah air mereka secara sukarela dengan menciptakan kondisi yang tepat sebagai bagian dari Rencana Rehabilitasi Awal yang kuat.

Para pemimpin juga menekankan perlunya debat terstruktur di tingkat UE untuk mendefinisikan kebijakan dan tindakan bersama terkait migrasi.

Di dalam deklarasi akhir mereka, para pemimpin Med9 menyoroti isu migrasi tak reguler, seraya menekankan bahwa isu itu merupakan tantangan Eropa yang membutuhkan respons Eropa, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk memfasilitasi kembalinya migran tak reguler ke negara asal mereka.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2024