Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) memandang peningkatan kualitas lulusan dokter menjadi tantangan sejalan dengan jumlah fakultas kedokteran (FK) yang terus bertambah.

Ketua Umum AIPKI Budi Santoso menyebutkan, jumlah fakultas kedokteran pada tahun ini mencapai 117 unit, naik signifikan dibandingkan tahun 2022 yang tercatat sebanyak 92 fakultas kedokteran.

“Apa yang kita pertanyakan? Adalah bagaimana kualitas yang diproduksi oleh fakultas kedokteran baru, harus sama dengan fakultas-fakultas kedokteran yang lebih awal. Itu adalah tuntutannya,” kata Budi dalam sambutannya saat membuka Pertemuan Ilmiah dan Mukernas XIV PDUI di Jakarta, Sabtu.

Budi mengingatkan, fakultas kedokteran yang baru berdiri harus mampu menghasilkan lulusan dengan kualitas yang sama seperti fakultas kedokteran yang telah lama eksis. Dengan begitu, lulusan dokter yang dihasilkan memiliki standar kompetensi minimal yang bisa memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat di Indonesia

Ia menyoroti banyaknya jumlah mahasiswa kedokteran yang tidak lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) dan harus mengulang hingga beberapa kali. Pada Februari 2024, mahasiswa yang tidak lulus UKMPPD untuk uji teori berjumlah sekitar 1.300 orang dari total peserta sekitar 4.200 orang.

Retaker (mahasiswa yang mengulang ujian) yang terbanyak sekarang ada yang sampai 34 kali. Kalau satu tahun itu ada empat kali UKMPPD, maka dia ujian tidak lulus itu 8,5 tahun. Sebuah kenyataan bahwa ini adalah kondisi sebagian adik-adik kita, sebagian mahasiswa kedokteran kita yang tidak lulus UKMPPD sampai 34 kali,” kata Budi.

Baca juga: Antisipasi perundungan, Menkes akan atur jam kerja peserta didik PPDS

Ironisnya, ujar Budi, pada tahun 2023 ditemukan kasus perjokian dalam UKMPPD yang terjadi di beberapa daerah. Menurutnya, kasus tersebut telah dilaporkan ke Bareskrim Polri untuk ditindaklanjuti lewat jalur hukum.

“Bagaimana kompetensi dokter-dokter tersebut bisa dipertanggungjawabkan, memberikan pelayanan kepada masyarakat, keselamatan masyarakat, kalau yang bersangkutan lulus dengan menggunakan joki. Tugas kita adalah menjadikan adik-adik kita, mahasiswa-mahasiswa kedokteran kita lulus secara terhormat dan bermartabat. Inilah tugas yang tentu tidak ringan,” kata dia.

Tak sampai di situ, Budi juga mengingatkan pentingnya proses seleksi penerimaan mahasiswa kedokteran yang benar-benar jujur dengan mendahulukan calon mahasiswa yang memang memiliki kemampuan akademik.

Calon mahasiswa yang akan mengenyam pendidikan di fakultas kedokteran juga harus benar-benar didasarkan atas panggilan hati nuraninya, bukan karena paksaan orang tua.

“Oleh karena itu, proses penerimaan ini sangat penting. Kalau penerimaan ini prosesnya sudah baik, penerimaan ini sudah benar, maka proses pendidikannya itu akan lancar, dosen-dosennya pun akan mengajar dengan mudah, mereka akan lulus langsung. Saya yakin, UKMPPD dia pun juga akan nanti lancar,” kata Budi.

Baca juga: 10 Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024