Serang (ANTARA) - Di sore hari yang cerah, tampak sejumlah anak-anak berkumpul di sebuah taman yang biasa dijadikan sebagai tempat membaca buku. Taman itu berlokasi di Kampung Pekijing, Kelurahan Kalang Anyar, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten.
Tangan-tangan mungil anak-anak itu meraih buku-buku bacaan yang tersusun rapi di rak buku yang tersedia di sepajang jalan perkampungan Pekijing.
Tidak hanya itu, bahkan di setiap rumah warga pun tersedia satu rak buku yang ditempel di masing-masing dinding rumahnya.
Setiap sore hingga menjelang petang, anak-anak terlihat bergelut dengan buku-buku. Sebagian datang sendiri, ada pula yang digiring oleh orang tuanya.
Muhammad Saidi adalah satu bocah yang setiap sore tampak tidak pernah absen belajar membaca di taman baca itu. Usianya 10 tahun. Baru saja duduk di bangku Kelas 4 sekolah dasar (SD).
Saidi tampak senang bisa belajar dan bertemu dengan teman-teman yang juga anak-anak dari kampungnya sendiri di taman baca.
Sejumlah buku telah dibaca oleh Saidi, mulai dari buku dongeng, seperti kisah-kisah nabi, cerita rakyat, bahkan buku pelajaran yang digemarinya, yakni mengenai matematika.
Hanya dengan membaca buku Saidi mengaku memiliki banyak pengetahuan dan ilmu baru yang dapat dimilikinya.
Tidak hanya Saidi, kegemaran membaca buku ini juga turut dirasakan oleh Juliani Utami Putri yang kini berusia 13 tahun dan duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah pertama (SMP).
Juliani mengaku senang karena dengan adanya taman baca ini dirinya memiliki kegiatan positif bersama dengan teman-teman sebayanya di kampung halaman.
Selain membaca buku untuk diri sendiri, Juliani juga aktif berbagi ilmu kepada anak-anak yang belum bisa membaca, seperti mengajari mereka mengenal huruf dan mengeja.
Dirinya mengaku senang dan bangga akan kekompakan masyarakat Pekijing hingga kini budaya membaca tidak hanya dilakoni oleh anak-anak, melainkan juga para orang tua.
Taman baca
Pengelola Perpustakaan Pekijing Bayu Ibrahim menyampaikan hadirnya taman baca di perkampungan Pekijing berawal dari keresahan masyarakat yang merasa jauh dari akses pendidikan, meskipun mereka berada di Ibu Kota Provinsi Banten.
Kenyataan tersebut mendorong masyarakat untuk mengenal literasi sebagai upaya mendekatkan anak dengan pendidikan. Hingga terbentuklah taman baca dan perpustakan Pekijing pada tahun 2019.
Meskipun demikian, tantangan pertama dan tersulit dalam meningkatkan minat baca ialah memberikan pemahaman kepada masyarakat itu sendiri.
Penyebanya, literasi tidak berbentuk fisik yang bisa direncanakan hari ini, kemudian keesokan hari sudah terlihat hasilnya. Untuk menanamkan budaya membaca atau meningkatkan gemar membaca, perlu waktu hingga hasilnya terlihat.
Oleh karenanya, masyarakat terus membuat berbagai kegiatan untuk mengembangkan minat baca anak-anak serta masyarakat Pekijing, misalnya dengan diadakan lomba mendongeng untuk anak-anak tingkat SD, latihan dan lomba menulis untuk anak-anak tingkat SMP dan SMA, membaca puisi hingga menggelar pentas kesenian.
Selain itu, kegiatan musik tradisional hingga permainan tradisional juga dihadirkan untuk menghibur anak-anak di sela-sela membaca.
Kini perpustakaan Pekijing telah memiliki koleksi buku sekitar 5.000 eksemplar. Jumlah tersebut meningkat sejak taman baca itu didirikan 5 tahun lalu.
Ribuan buku itu bertambah melalui program pengadaan, bantuan dari Perpustakaan Kota Serang, hingga hibah dari komunitas literasi karena melihat antusiasme masyarakat yang tinggi.
Kepedulian terhadap lingkungan terus tumbuh, tidak hanya di Kampung Pekijing, tetapi juga di berbagai daerah lainnya. Bayu Ibrahim percaya bahwa dengan literasi yang kuat, masyarakat bisa lebih maju dan sejahtera.
Di setiap rumah di Kampung Pekijing, selalu ada kotak buku yang menempel di dinding depan rumah. Kotak-kotak itu berisi buku-buku yang telah disesuaikan dengan minat baca setiap keluarga, menciptakan perpustakaan mini yang selalu siap menyambut siapa saja yang ingin membaca.
Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan minat baca, tetapi juga menguatkan ikatan antarwarga melalui pertukaran ilmu dan cerita.
Buku tersebut nantinya akan diganti secara rutin oleh pengelola perpustakan dalam setiap dua minggu sekali. Biasanya akan ada dua petugas yang berangkat, dan salah satunya mencatat buku apa saja yang ditaruh di rak-rak buku kecil tersebut.
Buku yang disimpan di rak-rak di depan rumah warga tidak asal simpan. Buku itu disesuaikan dengan latar belakang keluarga atau pemilik rak tersebut.
Jika keluarga pemilik rumah merupakan kalangan petani, maka pengelola perpustakaan akan menaruh buku-buku pertanian, hingga seputar budi daya tanaman dan budi daya hewan, seperti ikan lele.
Keunikan lain dari Kampung Pekijing adalah terdapatnya rak-rak buku yang berada di sepanjang jalan kawasan perkampungan.
Dengan total 10 rak buku, sebagian dibuat oleh masyarakat sekitar dan sebagian merupakan hibah dari mahasiswa, hingga Muhammad Zinedine Alam Ganjar, putra seorang tokoh nasional.
Sebagai salah satu tujuan wisata, di Kampung Pekijing juga terdapat beberapa titik, seperti panggung literasi, area camping keluarga dan lain-lain. Rak-rak buku tersebut turut ditempatkan di area-area publik tadi.
Buku-buku didatangkan langsung ke rumah warga karena sebelumnya, pada saat masa pandemi COVID-19, warga sempat terdistraksi dengan permainan (gim) dan media sosial karena kurangnya aktivitas.
Dengan adanya tim perpustakaan berkeliling ke rumah-rumah warga, menjadi salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada game online melalui telepon seluler (ponsel) yang biasanya setiap hari tidak pernah lepas dari genggaman anak-anak.
Bahkan, dari hasil membaca, kini masyarakat memiliki aktivitas serta keterampilan untuk mendorong kebutuhan ekonomi keluarganya, di antaranya melakukan budi daya tanaman, budi daya ikan lele, hingga membuat kerajinan dari limbah plastik dan kayu yang berhasil dijual melalui daring maupun luring.
Kini, Pekijing menjadi kampung wisata budaya dan literasi. melalui program perpustakaan inklusi sosial, yang berarti bahwa bagaimana perpustakaan dapat menciptakan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Program perpustakaan inklusi sosial, merupakan kemitraan antara pemerintah setempat dan masyarakat terjadi dengan baik, dimana inklusi sendiri merupakan pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang terbuka bagi masyarakat dengan beragam latar belakang dan kondisi, seperti status sosial, suku, dan budaya.
Kampung Pekijing juga menjadi juara dalam perlombaan "kampung resik lan aman" atau dalam bahasa Indonesia berarti "kampung bersih dan aman" yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Serang.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024