Lolosnya Iran bagaikan sehabis melintasi neraka

Jakarta (ANTARA News) - Iran dan Nigeria akan menjajal Arena da Baixada, Curitiba, Brasil, dengan bekal prestasi berbeda selama turut pada putaran final Piala Dunia yang pada edisi 2014 ini masing-masing adalah kelima kalinya bagi Nigeria dan keempat kalinya bagi Iran.

Perbedaan prestasi itu tercermin pada perjalanan Juara Afrika 2013 tersebut pada empat putaran final Piala Dunia mereka sebelumnya lebih mengkilap dibandingkan tiga putaran final yang dilewati Iran.

Iran tak pernah lolos ke babak sistem gugur baik dalam tiga putaran final Piala Dunia sebelumya, masing-masing 1978 di Argentina, 1998 di Prancis dan 2006 di Jerman. Sebaliknya, Nigeria dua kali mencapai 16 Besar pada edisi 1994 dan 1998, sedangkan dua lainnya pada 2020 dan 2010 tersingkir di fase grup.

Nigeria juga memiliki alasan yang lebih optimistis untuk bisa mengalahkan Iran karena berkaca pada pengalaman 1998 saat keduanya berhadapan pada laga persahabatan yang merupakan pertemuan mereka satu-satunya sebelum Brasil 2014, Nigeria mengatasi Iran dengan menang 1-0.

Namun, jika melihat hasil laga-laga terakhir kedua tim menjelang ke Brasil, Iran berprestasi lebih baik dibandingan dengan Nigeria. Iran berturut-turut menahan seri Belarus, Montenegro dan Angola sebelum mengalahkan Trinidad dan Tobago pada laga pemanasan terakhirnya. Sedangkan Elang Super juga tiga kali seri melawan Meksiko, Skotlandia, dan Yunani, sebelum dikalahkan Amerika Serikat pada laga pemanasan terakhir. Tentu saja yang menjadi lawan-lawan Nigeria lebih berkelas dibandingkan dengan lawan-lawan Iran.

Dari beberapa laga pertama Piala Dunia 2014, sampai Minggu waktu setempat lalu, gol-gol mengalir begitu deras. Tetapi, mengingat Iran terkenal karena kokoh menjaga gawangnya sehingga hanya kebobolan sedikit selama kualifikasi lalu, sementara Nigeria sendiri sebagai peserta Piala Dunia 2014 yang paling tumpul di depan, maka laga di Curitiba mungkin juga akan paceklik gol.

Iran

Tim Asia utama ini memiliki rekor bertahan mengesankan, di samping dilatih oleh seseorang yang pernah menangani dua klub raksasa dunia, Manchester United sebagai asisten Alex Ferguson dan Real Madrid sebagai pelatih, yaitu Carlos Queiroz.

Pasukan Queiroz masuk Grup F sebagai underdog, tapi dibekali reputasi amat kokoh di pertahanan sebelum bisa mencuri kesempatan di kotak penalti lawan lewat serangan balik, Iran bisa saja mementahkan keraguan banyak orang kepadanya.

Queiroz telah membangun tim Persia dengan pertahanan tangguh dengan sedikit sekali kebobolan, namun pelatih asal Portugal ini mengkritik singkatnya persiapan timnya sehingga kekurangan berpengalaman dalam melawan tim-tim hebat. Sejauh ini hanya Tunisia yang menjadi lawan uji coba Iran yang beperingkat FIFA paling tinggi.

Tapi Iran memiliki kelebihan pada para pemainnya yang memiliki kekuatan dalam bola-bola atas, selain pertahanan rapat, tentunya. Dua hal ini pula yang menjadi senjata mereka lolos ke putaran final Piala Dunia 2014.

Queiroz pernah memasang formasi bertahan 4-4-1-1, namun dia lebih sering mengadopsi pola 4-2-3-1 dengan kapren Javad Nekounam sebagai jangkar di tengah yang memastikan pemain Charlton Athletics Reza Ghoochannejhad dan pemain sayap Fulham Ashkan Dejagah merancang pola serangan balik mematikan.

Sementara itu, masuknya kembali bek kiri Hashem Beikzadeh yang lama didera cedera, turut memperkuat asa Iran, disamping hadirnya pemain berbasis Jerman, Daniel Davari, yang siap melapis kiper veteran Rahman Ahmadi.

Sepertinya Iran tidak akan banyak mengubah formasinya dari susunan pemain yang diturunkan pada laga persahabatan terakhir melawan Trinidad dan Tobago yang dimenanginya. Dalam formasi ini, Reza Ghoochannejhad akan menjadi striker tunggal, namun Ghoochannejhad harus siap ditempel para gelandang Nigeria yang juga bermain di Liga Inggris seperti dirinya, yaitu John Obi Mikel, Victor Moses dan Peter Odemwingie.

Iran tampaknya sudah cukup puas bisa berada di Brasil, tetapi Queiroz ingin lebih jauh dari sekadar hadir. "Lolosnya Iran bagaikan sehabis melintasi neraka," kata Queiroz usai timnya lolos ke Brasil. Kini waktunya pelatih asal Portugal itu untuk melangkah ke surga.

Nigeria

Elang Super tak pernah menang pada delapan laga Piala Dunia mereka yang terakhir dengan di antaranya kalah enam kali. Kini, pelatih Stephen Keshi memprioritaskan para pemain muda dengan harapan mereka bisa menularkan sukses Nigeria di tingkat junior ke tim senior.

Berbalikkan dengan Iran, skuat bentukan Keshi adalah salah satu skuat termuda di Brasil. 15 pemain dari 23 anggota skuat Nigeria saat ini berusia 25 tahun atau di bawahnya. Kebanyakan dari mereka tak mengingat kapan Nigeri terakhir kali memenangi pertandingan Piala Dunia.

Meksi begitu, Nigeria bukan tim yang begitu saja menyerahkan kendali permainan kepada lawan. Keshi sendiri ingin Nigeria membuktikan pada dunia bahwa penampilan mereka adalah alasan mengapa mereka bisa menjadi juara Afrika. Selain itu Elang Super ada di Amerika Selatan demi mengulang prestasi gemilangnya lolos ke 16 Besar Piala Dunia 1994 dan 1998, kalau tidak bisa disebut melangkah lebih jauh dari itu.

Nigeria sekarang bukanlah tim yang finis paling buncit pada fase grup Piala Dunia Afrika Selatan empat tahun silam. Adalah Keshi yang sukses membangun tim kuat nan berbahaya sehingga dimahkotai juara benua Afrika setahun lalu.

Keshi memiliki rumus-rumus untuk menghadapi lawan-lawannya, namun dia biasanya menyukai formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 yang dengan bisa berubah menjadi pola menyerang 4-2-4, tergantung situasi lapangan.

Masalahnya, Nigeria kehilangan bek kiri utamanya Uwa Echiejile sebelum turnaman ini dimulai. Tapi tenang, masih ada Juwon Oshaniwa yang baru 10 kali memperkuat timnas. Bek tengah Kenneth Omeruo juga sudah siap tampil, tetapi gelandang Ruben Gabriel masih diselimuti keraguan untuk tampil. Untungnya, trio Liga Inggris --John Obi Mikel, Victor Moses dan Peter Odemwingie-- jauh-jauh hari sudah siap merajai lapangan tengah.

Nigeria juga memiliki pilar tangguh di ujung pertahanan dalam diri penjaga gawang Vincent Enyeama yang pada putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan pernah mementahkan tendangan Lionel Messi.

Dengan formasi seperti itu, Stephen Keshi, merasa timnya mampu mengulangi prestasi dua putaran final Piala Dunia pertama negeri itu, lolos dari fase grup. Masalahnya, dia dan Nigeria, mengaku tidak tahu kekuatan Iran, meski negerinya pernah menang 1-0 pada satu-satunya pertemuan mereka terdahulu dalam laga persahabatan tahun 1998.

Ini mungkin membuat Nigeria sedikit bingung menaksir kekuatan lawan. Di samping itu Keshi sendiri mengakui timnya tidak berdisiplin dan kerap hilang konsentrasi. Nigeria jelas harus menutup kelemahan ini agar tidak bisa diekspos Iran.

IRAN vs NIGERIA

Arena da Baixada, Curitiba

Perkiraan susunan pemain:
Iran (4-2-3-1): Daniel Davari; Steven Beitashour, Jalal Hosseini, Amir Hossein Sadeqi, Mehrdad Pouladi; Javad Nekounam, Andranik Teymourian; Ghasem Hadadifar, Masoud Shojaei, Ashkan Dejagah; Reza Ghoochannejhad

Nigeria (4-4-2): Vincent Enyeama; Efe Ambrose, Godfrey Oboabona, Kenneth Omerou, Juwon Oshaniwa; John Mikel Obi, Ogenyi Onazi, Ramon Azeez, Victor Moses; Peter Odemwingie, Emmanuel Emenike

Wasit: Carlos Vera (Ekuador)

Pemain paling menonjol dalam laga ini: John Obi Mikel, Nigeria (pemain Chelsea FC)
Pemain yang mungkin tampil mengejutkan: Reza Ghoochannejhad, Iran (pemain Charlton Athletic dan pencipta sembilan dari 11 gol Iran pada Piala Asia sehingga memenangi Golden Boot).

Statistik kedua tim:
Pertemuan Iran dan Nigeria pertama terjadi pada laga persahabatan tahun 1998. Elang Super menang 1-0

Iran
- Iran tidak pernah memenangi laga pembukanya pada tiga keikutsertaannya dalam putaran final Piala Dunia terdahulu.
- Iran hanya menang satu kali pada sembilan laga Piala Dunia, yaitu melawan Amerika Serikat pada 1998 dengan skor 2-1.
- Tim asuhan Carlos Queiroz ini selalu kebobolan pada laga Piala Dunia.
- Tapi sepanjang babak kualifikasi Iran mencatat clean sheet lebih banyak dibandingkan tim-tim Piala Dunia 2014 mana pun.
- Tidak ada tim peserta Piala Dunia 2014 yang mencetak gol lebih banyak dari Iran yang pada babak kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia mencetak 30 gol.
- Iran rata-rata melakukan 22 pelanggaran setiap pertandingan Piala Dunia. Ini adalah rasio tertinggi dibandingkan dengan tim mana pun yang berpartisipasi di Brasil.

Nigeria
- Elang Super tidak pernah menang pada delapan laga Piala Dunia terakhirnya (2 seri, 6 kalah). Ini adalah paceklik kemenangan terlama di antara 32 tim yang berlaga pada Piala Dunia 2014.
- Tiga gol Nigeria pada Piala Dunia 2010 semua berasal dari situasi set piece (satu dari titik penalti, satu dari tembakan bebas, dan satu dari lemparan bebas).
- Nigeria hanya melepaskan tujuh tembakan tepat menyasar gawang (on target) pada Piala Dunia 2010. Pada kategori ini Honduras, Selandia Baru dan Aljazair adalah yang paling rendah dibandingkan peserta putaran final Piala Dunia 2014.
- Sebelas dari 21 gol ke gawang Nigeria pada putaran final Piala Dunia diawali dari set peace.
- Kiper Nigeria Vincet Enyeama menjadi kiper paling tinggi angka tidak kebobolan dibandingkan para kiper dari lima liga top Eropa. Dia mencetak 21 kali clean sheet untuk Lille pada Liga Utama Prancis.
- Pertemuan terakhir Nigeria dengan wakil Asia pada putaran final Piala Dunia terjadi ketika melawan Korea Selatan yang berakhir seri 2-2 pada fase grup Piala Dunia 2010.

Prediksi hasil pertandingan:
- Goal.com (1-0 untuk Iran, 2-0 untuk Nigeria, 2-1 untuk Iran)
- Telegraph: 2-0 untuk Nigeria
- umum: 1-0 untuk Nigeria

sumber: SkySports, Telegraph, Goal.com, mlssoccer.com, BBC.com

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014