Bandarlampung (ANTARA) - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN RI Bonivasius Prasetya Ichtiarto mengatakan melalui penerapan pendekatan sensitif dapat menjadi langkah antisipatif guna mencegah kasus stunting baru di daerah.
 
"Pendekatan dalam pengentasan stunting ini ada dua yaitu pendekatan spesifik dan sensitif. Memang untuk penanganan stunting ini yang berat adalah mencegah munculnya kasus stunting baru, maka butuh pendekatan sensitif," ujar Bonivasius Prasetya Ichtiarto di Bandarlampung, Jumat.
 
Ia mengatakan pendekatan sensitif dalam mengantisipasi adanya kasus stunting baru tersebut dilakukan melalui berbagai program, yang secara tidak langsung akan menurunkan kasus stunting sejak dini.
 
"Programnya itu kalau untuk di kalangan remaja ada program generasi berencana (Genre) yang bertujuan untuk mencegah adanya perkawinan usia anak," katanya.
 
Menurut dia, selain program generasi berencana ada juga pelaksanaan program sekolah siaga kependudukan. Program itu bertujuan untuk memberi informasi, dan memberi edukasi ke remaja.
   
"Program sekolah siaga kependudukan ini mengedukasi para remaja terkait kesehatan reproduksi, perencanaan keluarga, isu kependudukan, dan berbagai hal yang mendukung terwujudnya keluarga berkualitas saat nantinya mereka memasuki usia siap menikah," ujarnya.
 
Dia melanjutkan adapula pelaksanaan program Elektronik Siap Nikah dan Hamil (ELSIMIL) untuk perencanaan pernikahan bagi calon pengantin.
 
"Pernikahan ini harus direncanakan dengan baik, bukan bermaksud mempersulit bagi yang ingin menikah. Akan tetap ini untuk menjaga kesehatan pengantin dan calon anak. Sebab nanti disini akan ada perencanaan sebelum hamil, saat periode kehamilan, dan ketika melahirkan ini wajib diperiksa. Jadi saat menikah kesehatan anak akan terjamin dan sebagai bentuk pencegahan stunting juga," ucap dia.

Baca juga: BKKBN: Perlu intervensi serentak atasi stunting 3 daerah di Lampung

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024