"MHI Lampung merupakan organisasi yang berangkat dari kesadaran terhadap masih minimnya kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan," kata Kepala Divisi Advokasi, Kampanye dan Jaringan Walhi Lampung, Hermansyah.
Organisasi ini akan konsentrasi dan aktif dalam mengkritisi kebijakan pemerintah, tanggap dalam mengkritisi kerusakan lingkungan yang terjadi di Lampung, karena MHI menyadari kerusakan ekologi lingkungan bukan masalah turunan.
Selain itu, masalahnya dapat dicegah dengan berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945, dan ideologi Eco-Populism.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 2014 juga ditandai dengan penyuluhan terhadap warga Kampung Bone oleh Walhi Lampung dan MHI Lampung, di Bone, Pulau Pasaran, kawasan Teluk Lampung.
Dalam kesempatan penyuluhan itu, para aktivis Walhi dan MHI Lampung menjelaskan tentang keberadaan teluk sebagai tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya.
"Letak teluk yang strategis itu, sehingga banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai sarana transportasi, seperti pelabuhan, serta kekayaan melimpah yang terdapat di dalamnya dapat dimanfaatkan," katanya.
Ekosistem yang banyak sekali terdapat di dalam teluk dapat dioptimalkan dengan maksimal apabila pengelolaan teluk dilakukan dengan baik.
Ekosistem teluk merupakan ekosistem yang kompleks, dan teluk merupakan sebuah tempat yang dinamis, sehingga ekosistem teluk merupakan ekosistem yang paling produktif dan kaya akan diversitas (keragaman) sebagai akibatnya dipengaruhi oleh kekuatan alam baik berasal dari daratan maupun laut.
Pembangunan suatu kawasan akan bersifat berkesinambungan apabila laju pembangunan beserta segala dampak yang ditimbulkan secara keseluruhan, tidak melebihi daya dukung atau kemampuan lingkungan kawasan tersebut.
Pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak rusak.
Pembangunan berkelanjutan merupakan keharusan dalam pengembangan ekosistem teluk seperti perikanan, terumbu karang, rumput laut dan masih banyak lagi.
Karena itu, para aktivis Walhi dan MHI Lampung mengingatkan segala bahaya yang mengancam teluk harus segera ditanggulangi dan dilakukan pembangunan berkelanjutan untuk menjaga teluk dan ekosistem di dalamnya.
Teluk harus dijaga dari limbah rumah tangga, limbah industri rumahan atau konvensional di sekitar teluk, juga penangkapan ikan menggunakan racun dan bom oleh para nelayan sekitar, selain itu ekosistem terumbu karang harus dijaga habitatnya agar ekosistem yang ikan yang bergantung pada terumbu karang dapat berkembang biak dengan baik.
Kerusakan terumbu karang dapat terjadi dikarenakan oleh pemboman untuk menangkap ikan juga jangkar kapal yang dibuat sembarang.
Dalam upaya pencegahan terhadap kerusakan ekosistem Teluk lampung, Walhi Lampung beserta lembaga terkait didalamnya dan MHI Lampung yang terdiri dari kelompok mahasiswa pecinta alam se-Lampung, seperti Poltapala, Ardenaswari, dan Mapala Unila dan beberapa lainnya, melakukan penyuluhan terhadap warga yang difokuskan pada warga Bone Pulau Pasaran.
"Kegiatan ini diharapkan dapat menyadarkan betapa pentingnya menjaga teluk, karena teluk adalah kehidupan kita semua, mengingat banyak warga yang bermata pencaharian nelayan serta industri rumahan yang bergantung pada Teluk Lampung, dapat menggunakan dan mengelola teluk secara efisien dan bijak," katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Walhi Lampung Bejoe Dewangga menyatakan penyuluhan seperti ini harus dilakukan secara intensif dan bertahap, karena bentuk penyadaran tidak dapat dilakukan secara instan.
"Ke depan, semoga semua pihak yang terkait dapat berpartisipasi mendukung upaya tersebut," katanya.
Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014