Seoul (ANTARA) - Korea Utara mengklaim bahwa kesepakatan pembagian biaya pertahanan baru antara Korea Selatan dan Amerika Serikat merupakan produk dari skema jahat Washington yang memanfaatkan kegelisahan Korea Selatan dalam penerapan strateginya untuk supremasi dunia.

Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Jumat melaporkan AS menyatakan bahwa mereka secara adil menetapkan pembagian biaya untuk kesepakatan tersebut, namun hal itu menunjukkan niat Washington untuk tetap menggunakan Korea Selatan sebagai “brigade kejut” dalam membangun tatanan dunia yang dipimpin AS.

Berdasarkan perjanjian lima tahun yang dicapai dengan AS pada pekan lalu, Korea Selatan akan membayar 1,52 triliun won (Rp17,6 triliun) pada 2026, naik dari 1,4 triliun won (Rp16,2 triliun) pada 2025 untuk pembiayaan sekitar 28.500 tentara AS.

Kesimpulan dari negosiasi tersebut menunjukkan bahwa tidak akan ada perubahan dalam atribut dasar dari hubungan subordinasi dan ketidaksetaraan antara tuan dan pelayan, tidak peduli seberapa besar hubungan antara AS dan ROK diperindah dengan kata-kata yang menyanjung 'aliansi', kata KCNA menggunakan akronim nama resmi Korea Selatan, Republik of Korea.

Perjanjian tersebut terjadi di tengah spekulasi Korea Selatan sedang mencari kesepakatan awal untuk menghindari negosiasi yang alot jika mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjabat.

Di bawah kepemimpinan Trump, AS telah menuntut kenaikan lebih dari lima kali lipat pembayaran Seoul menjadi 5 miliar dolar AS (Rp78 triliun).

Sumber : Yonhap
Baca juga: Korea Utara siapkan aksi militer guna protes KTT AS, Korsel, Jepang
Baca juga: AS, Jepang akan tingkatkan kerja sama militer dengan Korsel
Baca juga: AS dan Korsel sepakat perkuat daya tangkal serangan militer


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024