Jakarta (ANTARA) - Indonesia mendukung program penurunan emisi CO2 di sektor penerbangan dalam ajang Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO) Long-Term Global Aspirational Goal (LTAG) Stocktaking.

"Pertemuan ini adalah mendiskusikan seluruh upaya sektor penerbangan dalam hal penurunan emisi CO2 serta inovasi termasuk teknologi, operasional, bahan bakar terbarukan, dan juga skema pembiayaan upaya-upaya tersebut," kata Kasubdit Sertifikasi Pesawat Udara Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Teguh Jalu Waskito dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Indonesia melalui Kementerian Perhubungan hadir dalam pertemuan 2024 ICAO Long-Term Global Aspirational Goal (LTAG) Stocktaking yang digelar 7-10 Oktober 2024 di Kantor Pusat ICAO Montreal, Kanada.

Teguh menyampaikan bahwa pertemuan itu sebagai sharing informasi dari negara anggota ICAO, industri dan pemangku kepentingan lainnya dalam memonitor progres implementasi upaya penurunan CO2.

"Dalam rangka mencapai tujuan kolektif jangka panjang atau kita kenal sebagai LTAG, sesuai dengan Assembly Resolusi A41-21," ujarnya.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kasubdit Sertifikasi Pesawat Udara Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara, Teguh Jalu Waskito memaparkan State Action Plan (SAP) and the New SAF Roadmap yang berisi upaya Indonesia dalam mendukung program ICAO untuk menurunkan emisi CO2 di sektor penerbangan melalui implementasi ICAO Basket of Measures.

Baca juga: ICAO: Keamanan penerbangan Indonesia di atas rata-rata dunia

“Upaya sektor penerbangan meliputi peningkatan teknologi dan operasional pesawat udara, pemanfaatan bahan bakar terbarukan untuk pesawat udara, dan implementasi skema pasar karbon melalui Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA)," jelasnya.

Ia menyebutkan, upaya dalam mencapai penurunan emisi CO2 sektor penerbangan, pertama target implementasi SAF menyesuaikan dengan target SAF secara global dan kondisi nasional Indonesia.

Kedua, penyusunan peta jalan terbaru SAF ini dikoordinir oleh Kementerian Koordinasi Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Merves) dengan melibatkan banyak Kementerian dan pemangku kepentingan terkait.

Ketiga, peta jalan itu juga dibuat untuk memastikan kemandirian dan kedaulatan energi nasional dengan tetap berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan, serta memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam upaya penurunan emisi penerbangan, dan menggerakkan kegiatan ekonomi nasional.

Keempat, implementasi SAF secara nasional akan dimulai dengan target campuran SAF sebanyak 1 persen mulai tahun 2027 dan akan ditingkatkan secara gradual dan proporsional hingga mencapai target jangka panjang sebesar 50 persen campuran SAF pada tahun 2060.

Kelima, pada fase awal (2027 – 2029), implementasi SAF di Indonesia akan difokuskan pada bandara internasional terbesar yaitu Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai.

“Selanjutnya peta jalan implementasi SAF terbaru ini akan satukan ke dalam dokumen Indonesia’s Action Plan to Reduce Greenhouse Gas Emissions for Aviation Sector yang diperbaharui pada akhir tahun 2024,” ucapnya.

Pada pertemuan tersebut, Indonesia menyampaikan bahwa telah berkontribusi dalam pemberian asistensi teknis kepada Timor Leste untuk menyusun SAP dalam kerangka kerja sama "ICAO State Action Plan Buddy Programme” sebagai pelaksanaan “No Country Left Behind”.

Adapun Nota Kesepahaman antara Indonesia dan Timor-Leste telah ditandatangani pada bulan Juli 2024 dan berlaku hingga 3 tahun.

“Kami berterima kasih ke seluruh Kementerian dan stakeholders terkait lainnya dalam membantu upaya penurunan emisi CO2 dari sektor penerbangan dan di saat yang sama membangun kedaulatan energi nasional,” kata Teguh.

Baca juga: Menhub: Taksi terbang di IKN harus sesuai regulasi dari ICAO-IATA

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024