Mataram (ANTARA) - Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern di Sandubaya, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat mampu memproduksi 20 ton maggot dalam waktu lima bulan setelah beroperasi.

"Kami produksi sehari itu pasti di kisaran 150 kilogram pakai media boks atau biopond,” kata Direktur Pengelola TPST Sandubaya, Kamarudin, saat ditemui di Mataram, Rabu.

Kamarudin mengatakan produksi maggot merupakan bagian dari inovasi pengelolaan sampah yang mengubah limbah organik menjadi sumber daya yang bernilai ekonomis.

Sejak beroperasi pada Juni 2024, produksi TPST Sandubaya sudah melebih target yang diminta pemerintah daerah sebesar 1 ton.

"Proses pembuatan maggot ini sangat membantu dalam mengurai sampah organik, sekaligus menghasilkan pupuk alami yang bermanfaat," kata Kamarudin.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa maggot berkembang dari telur yang diletakkan oleh lalat betina pada limbah organik yang membusuk, seperti sisa makanan.

Maggot yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan ternak atau untuk budidaya ikan, sehingga menjadi solusi berkelanjutan bagi lingkungan dan sektor ekonomi.

"Pembuatan maggot dari sampah ini adalah contoh bagaimana kita bisa mengubah limbah menjadi sesuatu yang berguna," ucapnya.

Dengan keberhasilan produksi maggot sebesar 20 ton dalam lima bulan, TPST Sandubaya terus menunjukkan potensi besar dalam pengelolaan sampah berbasis teknologi dan ramah lingkungan.

TPST Sandubaya mulai dibangun pada Oktober 2023 dengan anggaran dari pemerintah pusat sebesar Rp19,9 miliar.

Fasilitas pengolahan sampah modern itu mulai uji coba operasi pada 3 Juni 2024. Saat ini fasilitas tersebut mampu mengolah sampah sekitar 40-46 ton per hari dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Sandubaya dan Kecamatan Cakranegara.

Baca juga: Budi daya maggot solusi atasi sampah organik di Sorong
Baca juga: Budidaya maggot bisa diintegrasikan dengan lele

Pewarta: Sugiharto Purnama dan Kais Hamdani
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024