Santos (ANTARA News) - Kapten Kosta Rika Bryan Ruiz bertekad membawa timnya melangkah lebih jauh pada putaran final Piala Dunia 2014 di Brasil dengan melampaui pencapaian babak 16 Besar pada edisi 1990 silam.
"Mereka adalah pahlawan, tetapi kami ingin melangkah lebih jauh. Kami ingin menulis sejarah baru," kata pemain berusia 28 tahun itu kepada lama FIFA.
Ruiz mengakui jalan negaranya menuju Brasil tidaklah mudah, penuh rintangan dan hampir gagal.
"Saya berjuang keras untuk sampai di sini. Saya berjuang untuk itu dan tidak akan membiarkan kesempatan itu hilang begitu saja," katanya.
"Si Tupai" itu sempat ditinggalkan saat masih remaja kala negaranya bertolak ke putaran final Piala Dunia 2006 di Jerman.
Keputusan itu cukup kontroversial mengingat Ruiz kala itu dianggap talenta muda nan kreatif yang dianggap hanya muncul 10 tahun sekali.
Keputusan itu pula yang masih meninggalkan luka pada Ruiz, hingga saat ini.
"Saya terluka karena kehilangan kesempatan tampil pada turnamen kala itu. Saya merasa dicampakkan, sakit," kata dia.
Empat tahun berselang setelah ditinggalkan ke Jerman, mimpinya tampil di Piala Dunia kembali harus tertunda lantaran Kosta Rika gagal memperoleh tiket kualifikasi langsung akibat kalah selisih gol dan harus terjegal dalam play-off antarabenua.
"Untuk bisa sampai di sini, sebagai seorang kapten sangat membanggakan," kata Ruiz yang menghabiskan paruh akhir musim 2013/2014 bersama PSV Eindhoven dengan berstatus pemain pinjaan dari Fulham.
Sebagian orang mungkin berpikir, ambisi Ruiz melampaui torehan era 1990 akan berakhir cepat mengingat hasil undian grup menempatkan Kosta Rika di Grup D bersama tiga mantan juara Italia, Inggris dan Uruguay.
Akan tetapi Ruiz yang dibesarkan oleh ibu tunggal di daerah melarat pinggiran San Jose, hanya melihat tantangan dan peluang yang ada ketimbang prediksi nasib buruk.
"Anda ingin bermain melawan tim terbaik. Hanya dengan cara itu Anda mengetahui tengah berada di Piala Dunia. Kami akan bermain melawan tiga tim juara. Apa yang lebih baik dari itu?" kata pemain yang menjadi pujaan publik Craven Cottage, Fulham, tersebut.
Lawan pertama tim berjuluk Los Ticos itu masih memiliki catatan sendiri bagi Ruiz, Uruguay, yang menyingkirkan mereka di babak playoff.
"Mereka mengalahkan kami empat tahun lalu di playoff. Kami memiliki ikatan sejarah dengan mereka yang mengalahkan kami dan lantas melaju hingga babak semifinal di Afrika Selatan, sementara kami menyaksikan dari sofa di rumah kami masing-masing."
Meski kerap dianggap tidak diperhitungkan karena berada di antara tim-tim besar, Ruiz meyakini arahan pelatih Jorge Luis Pinto membawa Kosta Rika menjelma sebagai sebuah tim modern.
"Semua orang selalu membicarakan tim-tim lain di grup kami. Mereka memandang kami seolah-olah kami cukup beruntung untuk tampil di sini, seolah-olah kami datang untuk dikalahkan. Wajar. Itu juga membuat kami tidak ada beban. Itu hal yang baik bagi kami, biarkan tim-tim lain yang memikul beban itu," katanya.
Ruiz mengatakan, saat ini Kosta Rika memiliki keseimbangan di antara pertahanan dan penyerangan yang sebelumnya jarang terlihat di Los Ticos, yang lebih akrab dengan permainan lambat dan teknik berlebihan.
"Kami memainkan lima pemain di lini pertahanan, tetapi tidak memainkan sepak bola bertahan," kata Ruiz yang kemungkinan akan menjadi penyerang lubang di belakang talenta muda Joel Campbell.
"Kami tidak duduk diam menunggu, kami merangsek ke depan. Ini adalah Kosta Rika yang baru. Hati-hati, karena kami bisa mengejutkan banyak orang," katanya mengingatkan hasil mengejutkan kepada Uruguay, Italia atau Inggris.
Penerjemah: Gilang Galiartha
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014