Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyebut salah satu fokus dan keberhasilan selama satu dekade kepemimpinan Presiden Joko Widodo terletak pada pengutamaan upaya promotif dan preventif untuk menjaga masyarakat tetap hidup sehat.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan strategi tersebut merupakan bagian dari transformasi layanan kesehatan primer, yang merupakan pilar pertama dalam transformasi kesehatan.

Dalam penerapannya, kata dia, meliputi penguatan aktivitas promotif dan preventif untuk menciptakan lebih banyak masyarakat yang sehat, memperbaiki skrining kesehatan, serta meningkatkan kapasitas layanan kesehatan primer.

Adapun pelayanan kesehatan primer dilakukan dengan merevitalisasi jaringan puskesmas, puskesmas pembantu (pustu), dan posyandu. Kementerian Kesehatan melakukan revitalisasi 10 ribu puskesmas, 85 ribu puskesmas pembantu, dan 300 ribu posyandu.

Dia menjelaskan, revitalisasi tersebut adalah karena kapasitas pelayanan puskesmas sebelumnya berbeda-beda sehingga akhirnya distandardisasikan. Selain itu, layanan kesehatan tidak hanya fokus kepada ibu hamil dan balita, namun juga mencakup hingga lansia. Kemudian, semua data terdigitalisasi.

Dia menambahkan, implementasi upaya preventif terdiri atas imunisasi dan skrining. Saat ini terdapat tiga antigen baru untuk imunisasi di Indonesia, yakni vaksin HPV (human papillomavirus) untuk pencegahan kanker serviks, PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) untuk pneumonia, dan Rotavirus untuk mencegah diare.

Menurut Menkes Budi, pemberian vaksin HPV dilatarbelakangi melihat angka kejadian kasus kanker serviks di Indonesia. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada wanita setelah kanker payudara.

Pemberian vaksin PCV dan Rotavirus, katanya, juga didasari tingginya angka kematian balita akibat pneumonia dan diare.

“Vaksin HPV, PCV, dan Rotavirus disorot dunia. Indonesia akhirnya melakukan imunisasi dengan ketiga vaksin tersebut. Ini adalah program nasional yang sangat besar dan tentunya berkat keberhasilan kepemimpinan Presiden Jokowi,” imbuh Menkes Budi.

Upaya preventif lainnya adalah skrining, di mana yang paling masif dilakukan adalah skrining penyakit gizi pada balita melalui pengukuran tubuh. Kemenkes telah mendistribusikan lebih dari 300 ribu antropometri ke posyandu di seluruh Indonesia untuk menstandardisasi proses penimbangan, mengingat sebelumnya alat timbang di posyandu tidak standar.

“Sebanyak 1,5 juta kader posyandu diajarkan cara menimbang. Ini program yang luar biasa,” ujar Budi menambahkan.

Selain itu, Budi menjelaskan bahwa pihaknya mengirimkan USG untuk seluruh puskesmas. Dia menilai alat tersebut dapat digunakan untuk skrining bayi dalam kandungan, serta untuk mendeteksi kanker payudara.

Dia menilai skrining kanker serviks juga telah gencar dilakukan dengan dukungan mesin PCR, begitupun skrining tuberkulosis (TB). Sebelumnya, dari target satu juta orang terdeteksi TB, katanya, hanya sekitar 500 ribu hingga 600 ribu orang yang terdeteksi, sementara 400 ribu orang lainnya berpotensi menularkan penyakit ini ke orang lain.

“Skrining TB naik sekarang, bisa 840.000 orang. Semoga tahun ini bisa 900.000 orang. Belum lagi skrining penyakit tidak menular. Di Indonesia, yang meninggal banyak yang stroke, jantung, dan kanker,” katanya.

Baca juga: Kemenkes fasilitasi riset ATMPs guna perkuat ketahanan farmasi
Baca juga: Menkes: Perkuat surveilans dan komitmen global guna perangi malaria

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024