Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim Tadjuddin memperkirakan suku bunga BI (BI rate) bisa turun menjadi sekitar 9,0 hingga 9,5 persen pada akhir tahun 2006 jika tingkat inflasi tujuh persen dan suku bunga riil (real interest rate) sebesar 2,0 hingga 2,5 persen. "Kalau inflasi tujuh persen, kemudian real interest rate kita jaga sekitar dua hingga 2,5 persen saja, itu kan sudah 9,0 hingga 9,5 persen pada akhir tahun," katanya di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, dengan angka perkiraan BI rate itu sudah merupakan tingkat yang kondusif bagi perekonomian Indonesia sehingga diharapkan bisa bagus untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia. "Karena dengan BI rate di posisi itu harapan kita suku bunga kredit akan ikut menurun," katanya. Aslim juga tidak mengkhawatirkan pergerakan nilai tukar rupiah saat ini karena transaksi berjalan (current account) Indonesia pada tahun 2006 ini akan mengalami surplus sekitar delapan miliar dolar AS. "Cukup bagus untuk menambah cadangan devisa kita. Oleh sebab itu kita tidak khawatir akan nilai tukar rupiah," katanya. Bahkan Tadjuddin memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan mampu menguat karena ada kelemahan di faktor eksternal, terutama perekonomian AS. Menurut dia, mata uang dolar AS saat ini sebenarnya sedang tidak dalam kondisi yang bagus karena kondisi perekonomian AS, ada yang memperkirakan mendekati resesi, selain terjadi defisit perdagangan yang sangat besar. Hal itu, katanya, akan membuat momentum dolar AS untuk menguat sangat kecil dan tidak berpengaruh pada posisi mata uang asing lain termasuk rupiah.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006