Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Dai-Daiyah Indonesia (ADDAI) Dr Moch. Syarif Hidayatullah meminta kepada pendakwah untuk mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika dengan sungguh-sungguh, agar dakwah keagamaan dapat menjadi corong moderasi.
"Sebagai umat manusia, kita memang diciptakan berbeda, maka haruslah juga kita memahami agar tidak memaksakan bahwa kita seorang yang paling benar, paling baik, atau yang paling berilmu dan lain sebagainya," ujar Syarif di Jakarta, Kamis.
Melalui pengamalan Bhinneka Tunggal Ika, Syarif meyakini masyarakat Indonesia mampu menerima orang lain yang tidak sama sikapnya, cara pandangnya, gaya hidupnya, atau cara berpikirnya dengan kebanyakan orang.
Dalam hal ini, dakwah keagamaan bisa memenuhi fungsinya sebagai corong moderasi beragama, sehingga masyarakat yang berbeda-beda ini bisa berjalan beriringan dan berkolaborasi.
"Dakwah keagamaan dituntut untuk bisa memuat narasi toleran terhadap perbedaan. Boleh tegas terhadap hal-hal yang sifatnya akidah, tapi juga harus toleran terhadap sesuatu yang bukan menjadi prinsip agama, atau yang menjadi hasil dari perbedaan," ucapnya.
Baca juga: Paus Fransiskus kagum dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Indonesia
Baca juga: Kunjungan Paus Fransiskus dan "promosi" bhinneka tunggal ika
Oleh karena itu, ia menilai kegiatan dakwah keagamaan sebaiknya disampaikan oleh dai atau penceramah yang memang memiliki kedalaman ilmu agama.
Syarif yang juga aktif sebagai Pembina Yayasan Raudhatul Mustariyah ini berpendapat bahwa kualitas materi yang disampaikan dalam dakwah keagamaan sangat bergantung pada kapasitas si penceramah.
Syarif tidak setuju jika dai atau pendakwah agama justru mempertajam perbedaan yang ada antar golongan masyarakat.
Dai seharusnya berkontribusi dalam menjaga keutuhan NKRI, dan membantu masyarakat yang ingin memperbaiki diri serta mengenali ajaran agamanya.
Dai juga harus mampu memberikan ruang dialog dengan orang-orang dari kelompok, dan bahkan agama yang berbeda.
"Kalau berdakwah-nya dengan ilmu, baik dai dan audiens-nya, pasti tidak akan sampai pada sikap intoleransi, radikalisme, atau bahkan mendukung aksi terorisme," ujar dia.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024